Momen itu juga membuka mata saya tentang pentingnya bahasa asing dalam dunia jurnalistik. Sebab pelatih dan beberapa pemain Persebaya belum fasih berbahasa Indonesia.
Selain itu ada pula pengalaman meliput pertemuan kerjasama antara komunitas Begandring Soerabaia dengan konsultan permuseuman dan cagar budaya dari TiMe Amsterdam.
Kemampuan bahasa Inggris saya diuji. Kejadian ini menegaskan bahwa jurnalis dituntut untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
Perjalanan magang di Harian Disway seperti wahana roller coaster. Kadang dipuji kadang kena semprot.
BACA JUGA:Magang di Harian Disway, Mengasah Keterampilan Content Writer di Era Digital
Rasa malu dan kebingungan kerap mewarnai hari-hari saya. Namun, melihat hasil liputan saya dipublikasikan dan dibaca banyak orang, rasa bangga dan puas selalu membuncah.
Setiap artikel, setiap wawancara, dan setiap peristiwa yang saya liput adalah pembelajaran berharga yang tak ternilai.
Dosen pembimbing magang saya, Doan Widhiandono, S.Sos., M.I.Kom., mengatakan, "Magang adalah kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu, berkontribusi, dan belajar langsung dari praktisi."
Pak Dos, begitu teman-teman Disway memanggilnya, benar sekali. Program magang kali ini telah membekali saya dengan pengalaman dan keterampilan yang tak tergantikan untuk melangkah ke dunia kerja.
Magang di Harian Disway bukan hanya tentang merajut kata dan mengejar berita. Ini adalah sebuah perjalanan yang mengubah perspektif saya tentang jurnalistik, sepak bola, dan kehidupan.
Saya belajar arti kerja keras, disiplin, dan pentingnya kerjasama dalam tim. Saya juga belajar bahwa jurnalistik adalah alat yang ampuh untuk menyuarakan kebenaran dan membawa perubahan.
Terimakasih kepada Harian Disway atas kesempatan berharga ini. Terimakasih kepada para mentor dan rekan-rekan magang yang telah membimbing dan mendukung saya. Pengalaman ini akan selalu saya ingat dan menjadi bekal dalam perjalanan karir saya sebagai jurnalis.
Penulis adalah Wartawan Magang MBKM Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag)