Sepur Lori Pabrik Gula (PG) Pagotan, Madiun

Rabu 31-07-2024,14:56 WIB
Oleh: Arif Afandi

PASTI anak sekarang tak mengenal sepur. Mereka lebih akrab dengan sebutan kereta api untuk salah satu jenis transportasi publik itu. Padahal, sepur adalah sebutan orang dulu untuk angkutan transportasi publik tersebut. Kata sepur diambil dari bahasa Belanda: spoor.

Karena itu, saya langsung menyebut sepur ketika melihat lokomotif penarik lori tebu di Pabrik Gula (PG) Pagotan, Madiun. Inilah satu-satunya PG milik PT Sinergi Gula Nusantara (eks PTPN) yang masih mengoperasikan lokomotif kuno dengan penggerak mesin uap. 

Di Madiun Raya ini ada tiga pabrik gula milik PT SGN (Sinergi Gula Nusantara). Dua pabrik lainnya adalah PG Poerwodadie di Magetan dan PG Redjosarie di kabupaten yang sama. Yang disebut terakhir tak jauh dari Ponpes Sabilil Muttaqien (PSM) yang didirikan keluarga mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan. 

BACA JUGA: Roodebrug Soerabaia Susuri Jejak Soekarno Pakai Sepur Kelinci

BACA JUGA: Karhutla di Cilacap, Satu Rumah Pabrik Gula Habis Terbakar

Bahkan, menurut cerita GM PG Redjosarie Danang Krisworo, salah seorang founder Jawa Pos Group itu selalu mampir ke pabrik gula yang dipimpinnya semasa menjadi menteri. ”Saat itu beliau selalu mampir ke pabrik ini setiap kali pulang kampung,” ungkapnya.

Danang menambahkan, Pak Dahlan pernah bercerita kepadanya kalau kali pertama bisa membeli sepatu sendiri dari pabrik ini. Hal itu terjadi ketika salah seorang cucu pendiri Ponpes PSM tersebut mendapatkan honor dari pabrik sebagai pelatih voli. Tampaknya, itu menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Tiga pabrik gula di Madiun Raya itu merupakan pabrik gula eks PTPN XI. Semuanya merupakan pabrik gula tinggalan zaman pemerintah Hindia Belanda. Karena itu, rata-rata usianya lebih seabad. Kini, sebagai bagian dari restrukturisasi dan konsolidasi PTPN Group, semua pabrik gula pelat merah dikelola di bawah PT SGN.

BACA JUGA: Madiun Juga Punya Whoosh, Nggak Percaya?

BACA JUGA: Adidas Madiun

Tinggalan Belanda itu ternyata bukan hanya pabriknya. Melainkan, juga lokomotif penarik lori (kereta pengangkut tebu). PG Pagotan, Madiun, satu-satunya yang masih mengoperasikan lokomotif yang digerakkan dengan mesin uap warisan masa lalu. Tentu dengan modifikasi hasil kreativitas tim teknis pabrik tersebut. 

Loko uap bermerek Orenstain V Kopel itu buatan Belanda tahun 1923. Semula menggunakan sistem dapur api. ”Tahun 2010 kami modifikasi menjadi loko dengan sistem susu dari boiler. Kami melakukan hal itu untuk tujuan efesiensi biaya. Dan ternyata berhasil,” kata Manajer Teknik PG Pagotan Sinar. 

Loko itu dipakai untuk menarik rangkaian lori dari terminal angkutan ke dalam pabrik. Sekali pengisian uap dari boiler bisa tahan untuk beroperasi selama 2,5 jam. Pengisiannya dilakukan dengan menyadap uap dari boiler untuk diisikan ke dalam tangki uap lokomotif kuno tersebut.


LOKOMOTIF sepur lori milik Pabrik Gula (PG) Pagotan, Madiun, yang sampai sekarang masih beroperasi meski usianya sudah sangat tua.-Arif Afandi untuk Harian Disway-

Menyadari usianya yang sudah sangat tua, pengoperasian loko uap itu dilakukan dengan sangat hati-hati. Bahkan, di ruang masinis ada tulisan yang menggelitik yang ditempel dekat jendela: ”Umurku Wes Ra Nom Maassss…Ojok Mbok Gass Polll…Ben Awet Masss…(Umurku sudah tidak muda, Mas. Jangan digas pol. Biar awet, Mas)”.

Kategori :