Problem Suami Bunuh Istri di Pasar Minggu, Jakarta Selatan

Sabtu 07-09-2024,21:30 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf Ridho

Di sana disebutkan, di seluruh Amerika Serikat (AS), pada 2021, sekitar 34 persen dari jumlah perempuan yang terbunuh, pelakunya pasangan intim (suami-istri atau pacar). Sebaliknya, dari jumlah laki-laki terbunuh, sekitar 6 persen pelakunya perempuan pasangannya. Itu data Biro Kehakiman AS 2021.

Brad Garrett menyatakan, KDRT yang berakhir pembunuhan cuma ada dua jenis: spontan dan direncanakan.

Garret: ”Para pelaku yang spontan adalah orang-orang yang mayoritas memiliki riwayat melakukan kekerasan terhadap pasangannya. Penyebab pada pelaku bervariasi. Mereka pecandu alkohol/narkoba atau kecemburuan.”

Dilanjut: ”Sedangkan KDRT berakhir pembunuhan berencana, motifnya sering kali adalah kecemburuan atau keserakahan. Misalnya, mereka marah karena istri mereka menjadi sangat sukses. Akibatnya, suami merasa kehilangan kontrol atas istri.”

Soal kontrol suami atas istri, Garret sependapat dengan Direktur Kebijakan Publik dan Advokasi Futures Without Violence Kiersten Stewart yang menyatakan, pria pengontrol pasangannya adalah pria posesif dan antisosial. Itu gangguan kejiwaan. 

Antisosial adalah gangguan kepribadian, ditandai perilaku menyimpang dari norma sosial dan cenderung merugikan orang lain. Ciri-cirinya, antara lain, tidak menunjukkan rasa hormat terhadap benar dan salah. Juga, mengabaikan hak dan perasaan orang lain.

Stewart mempertegas, inti KDRT pria terhadap pasangan perempuan adalah kekuasaan dan kendali. Pria merasa berkuasa dan mengendalikan penuh pasangan perempuannya.

Stewart: ”Jika pasangan pria Anda benar-benar posesif, selalu mengontrol dengan siapa Anda berbicara? Pakaian apa yang harus Anda kenakan? Ke mana Anda harus pergi? Itulah tanda bahaya. Walaupun perempuan seharusnya melaporkan ke pasangan, apa yang dia lakukan di luar rumah dan dengan siapa dia bertemu, demi keamanan. Tapi, pria posesif mengontrol nyaris seluruh kegiatan pasangannya.”

Dilanjut: ”Jika suami merasa kehilangan kendali, misalnya, ia kehilangan pekerjaan atau pasangan perempuannya memberikan perhatian kepada pria lain tanpa penjelasan ke suami, itulah api kecil sebelum jadi api besar.”

Repotnya, perempuan yang merasa sudah tidak tahan dengan kontrol yang dilakukan pasangan pria (suami atau pacar) kemudian berusaha menjauh. Atau, langsung minta cerai. Maka, kemarahan pria bisa muncul mendadak dan langsung menjadi api besar. KDRT terjadi. Bahkan, bisa berakhir dengan pembunuhan.

Garet menyatakan: ”Pada kasus perempuan menjauhi pasangan pria, menggugat cerai, akhirnya mereka bercerai, perempuan itu harus berhati-hati. Si mantan tetap memendam marah. Si mantan masih dendam dan benci. Sebab, ia merasa sudah kehilangan orang yang dikontrol. Tidak ada orang yang dikontrol lagi.” 

Soal kepribadian pelaku, Garrett menyatakan, mereka biasanya narsis dan antisosial. ”Khususnya, pembunuhan direncanakan. Anda berhadapan dengan orang antisosial. Orang itu beranggapan, semuanya tentang memenuhi kebutuhan dirinya. Tidak ada hal lain yang penting.”

Kasus pembunuhan Febriana tidak mungkin dibedah dengan teori Garret. Sebab, tidak terungkap data psikologis pelaku. Bahwa Saripudin mengajak anak-istri menginap di apartemen, itu suatu sikap positif. Tapi, Saripudin tidak melapor ke polisi karena kehilangan istri dan anak (yang ternyata minggat ke Medan), tanda bahwa ada problem di pernikahan mereka. (*)

 

Kategori :