Bila Cewek Merampok Driver Taksi Online

Kamis 03-10-2024,14:15 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Segera, tim polisi memburu ke lokasi tersebut. Lokasi itu diperiksa. Ternyata polisi memastikan, pengakuan tersebut bohong. ”Tersangka cuma mengecoh polisi, supaya tidak fokus ke dia,” ujar Iptu Sumianto.

Maka, polisi mencurigai Maria mabuk miras atau narkoba, terkait aksi nekat itu. Dia diuji urine. Hasilnya negatif semua. 

Sumianto: ”Hasil observasi awal, tersangka tergolong introver (tipe kepribadian berfokus pada pikiran dan perasaannya sendiri atau penyendiri). Bukan psikopat (gangguan jiwa, bersifat antisosial). Dia mengaku suka menonton film, dan perampokan itu terinspirasi film.”

Maria bukan orang miskin. Dia berasal dari Jalan Patimura, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Sejak tamat SMA di sana, 2019 dia merantau ke Surabaya, mukim di rumah kakak perempuan di Apartemen Amor. Dia kuliah di sebuah universitas swasta di Surabaya, lulus 2022.

Sejak lulus, dia menganggur di rumah. Mencari kerja tak pernah dapat. ”Karena lama tak dapat pekerjaan, dia bosan. Kemudian, mencari cara agar bisa kerja di Australia, sekalian liburan,” tutur Sumianto.

Maria sudah mendaftar ke sebuah aplikasi untuk berangkat ke Australia. Syaratnya, biaya berangkat AUD 500 (sekitar Rp 5,26 juta). Kakak Maria tidak setuju dan tidak memberikan uang. Maria tak punya uang. Dari situlah muncul ide merampok taksi.

Mengapa merampok taksi? Sumianto: ”Tersangka sudah mencari tahu lewat online, ada pembeli mobil bodong tanpa surat-surat, bisa Rp 50 juta. Tapi, hasil penyelidikan kami, tersangka belum terhubung dengan calon pembeli mobil.”

Maka, Maria merancang perampokan. Sumianto: ”Tiga hari sebelum perampokan, tersangka menulis susunan rencana perampokan di sebuah kertas. Antara lain, dia butuh obat bius untuk membius korban. Tersangka paham obat bius karena kakaknya kuliah di fakultas kedokteran sebuah universitas di Surabaya.”

Tapi, dia kesulitan dapat obat bius. Gantinya, pisau dapur, lakban, dan tali untuk melumpuhkan korban. Alat yang terpakai saat perampokan adalah tali dan pisau. Tersangka dijerat Pasal 365 KUHP, ancaman hukuman maksimal sembilan tahun penjara.

Ditarik mundur, masalah di balik motif perampokan itu adalah pengangguran. Sarjana menganggur dua tahun. 

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, ada ratusan ribu lulusan S-1, S-2, dan S-3 rentang usia 15 sampai 24 tahun yang tidak bekerja, sekolah, atau mendapat pelatihan (not in employment, education and training/ NEET). Menganggur total.

Data BPS Agustus 2023 terpublikasi Mei 2024, tercatat 452.713 orang lulusan S-1, S-2, dan S-3 yang tergolong NEET, sedangkan lulusan diploma ada 108.464 orang.

Jumlah anak muda berusia 15 sampai dengan 24 tahun yang tergolong NEET untuk semua latar belakang pendidikan ada 9,9 juta. Itu setara 22,25 persen dari 44,7 juta anak muda generasi Z (lahir 1997–2012). 

Gen Z yang NEET terbanyak berada di perkotaan, yakni 5,2 juta orang. Dan 4,6 juta di perdesaan. Itulah salah satu problem Indonesia, selain ribuan problem lainnya.

Dikutip dari buku berjudul What Kind of Joblessness Affects Crime? A National Case-Control Study of Serious Property Crime (2016) hasil riset ilmuwan Amerika Serikat (AS) Gary Kleck dan Dylan Jackson, disebutkan bahwa pengangguran salah satu pemicu tindak kriminal. Khususnya property crime (kejahatan bermotif merampas harta atau uang).

Di sana pengangguran dibagi dalam empat jenis.

Kategori :