Tarif Assassin dari Ciampea

Sabtu 26-10-2024,21:22 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Begitu murah harga nyawa Iwan. Bandingan Indonesia soal ini adalah dengan Afrika Selatan, negara dengan jumlah kasus pembunuhan tertinggi di dunia. Di sana tarif pembunuh bayaran lebih murah daripada Indonesia.

Dikutip dari The Guardian, 27 Februari 2023, berjudul Contract killings come cheap in South Africa, diungkapkan: berdasar data kepolisian Afrika Selatan yang dirilis akhir Februari 2023, ada rata-rata 82 kasus pembunuhan per hari di seluruh Afrika Selatan (Afsel). 

Rata-rata pengungkapan kasus adalah satu dari lima pembunuhan. Jadi, ada sekitar rata-rata 66 kasus pembunuhan per hari yang tak terungkap. Menumpuk terus, rutin setiap hari. Puluhan ribu kasus pembunuhan per tahun. Semuanya gelap. Bisa dibayangkan, betapa ngos-ngosan polisi di sana.

Mary de Haas, akademisi yang fokus pada kekerasan politik di Provinsi KwaZulu-Natal, Durban, Afsel, kepada wartawan AFP, mengatakan, ”Hanya sedikit pembunuhan yang melibatkan pembunuh bayaran yang berakhir di pengadilan. Dan jika terjadi, pembunuh bayaran sering kali terbunuh juga.” 

Terus, berapa tarif pembunuh bayaran di sana? Jawabnya, bervariasi. Bergantung motif. Ada dua. Pertama, motif institusi, termasuk politik. Kedua, motif pribadi. Makin kaya target pembunuhan, makin mahal tarif membunuhnya. Makin kaya orang, makin sulit dibunuh.

Data terbaru untuk itu, laporan tahun 2021 Global Initiative Against Transnational Organized Crime (GIATOC), sebuah lembaga peneliti Swiss. Berdasar investigasi mereka, tarif rata-rata pembunuh bayaran di sana sekitar USD 3.000 (Rp 47 juta) per nyawa. 

Tarif itu untuk ukuran penyewa yang kelas menengah. Targetnya terserah penyewa. Untuk penyewa warga kelas bawah, tarif sekitar USD 145 (Rp 2,27 juta) per nyawa. Warga kelas atas, sampai USD 8.700 (Rp 136,35 juta) per nyawa.

The Guardian tidak memerinci, bagaimana liku-liku mencari pembunuh bayaran di sana? Adakah brokernya? Siapa yang bisa dihubungi? Mungkin data tersebut ada di GIATOC. 

Kalau tarif termurah di sana Rp 2,27 juta, kasus Ciampea Rp 12 juta sudah cukup tinggi untuk ukuran penyewa juragan pancing ikan. Anehnya, mengapa ia tidak bayar saja utangnya Rp 8 juta, tanpa pembunuhan? (*)

 

Kategori :