HARIAN DISWAY - Kehadiran iPhone 16 di Indonesia terhambat karena Apple belum memenuhi ketentuan investasi dan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang ditetapkan pemerintah.
Anggota Komisi VI DPR RI Muhammad Husein Fadlulloh menyambut baik langkah itu. Sehingga Indonesia tidak dipandang sebelah mata hanya sebagai pasar.
Ia menyatakan bahwa kebijakan tersebut mendorong Indonesia ikut berperan sebagai produsen teknologi secara mandiri.
BACA JUGA:Spesifikasi iPhone 16: Dari Layar OLED ProMotion hingga Chip A18 Bionic
"Kalau misalkan kita disepelekan oleh investor asing mengenai iPhone ini, dengan investasi yang tidak begitu besar tapi iPhone bisa masuk, nah bagaimana ini cita-cita dari bangsa kita? Cita-cita dari presiden kita yang sekarang bahwa untuk bisa bikin laptop, bisa bikin mobil, motor, dan lain sebagai itu, bisa tercapai," kata Husein di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin, 11 November 2024.
Politikus Fraksi Partai Gerindra itu menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar sebagai pasar yang teknologi utamanya smartphone.
Maka, lanjut Husein, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memajukan perekonomian Indonesia, salah satunya melalui pemanfaatan investasi.
BACA JUGA:Ini 7 Cara Ampuh Menghemat Baterai iPhone Agar Awet
"Dengan adanya teknologi digitalisasi smartphone itu memang memengaruhi anak-anak muda, nah ini sebetulnya kalau misalkan kita bisa, Indonesia bisa capture market ini dengan baik ya,” jelasnya.
Hal tersebut pun diharapkan bisa menjadi salah satu kesempatan yang baik untuk ekonomi yang lebih maju.
Anda sudah tahu, alasan iPhone 16 tidak dapat masuk ke pasar Indonesia saat ini adalah, Apple, meskipun memiliki pabrik perakitan di Indonesia, dilaporkan belum memenuhi target TKDN yang ditetapkan oleh pemerintah.
BACA JUGA:Maung Garuda dan Peluang Industri Otomotif di Indonesia
Apple belum memenuhi nilai investasi yang disyaratkan di Indonesia.
Apple Belum Bisa Jual iPhone 16 Series di Indonesia,-Tangkapan Layar/pixabay-
Selain itu, Apple belum menyelesaikan proses sertifikasi untuk iPhone 16.