Dengan harga jual rata-rata Rp 30 ribu sampai Rp 40 ribu per kilogram, apabila sedang bagus hasil panen bisa berlimpah mencapai 1-2 ton per hari. Panen buah alpukat sendiri biasanya terjadi 3 kali dalam setahun.
Setelah mengikuti pemberdayaan di program Klasterku Hidupku dari BRI, Agus mengaku mendapatkan banyak manfaat, yaitu membantunya dalam memperluas networking.
BACA JUGA: Kembali Digelar, Bazar UMKM BRILiaN Bantu Berdayakan dan Perluas Pasar Pelaku Usaha
”Tentunya kami mendapat banyak pengalaman, relasi dan semakin termotivasi. Soal keuntungan sendiri tidak selalu bentuk uang, tetapi juga promosi dan branding produk yang akan bisa menghasilkan koneksi untuk keberlanjutan usaha,” ujarnya.
Ke depan, Agus akan terus mengembangkan Klaster Pusbikat dengan memperluas mitra baik dari pengusaha lokal maupun petani-petani daerah.
”Karena memang tujuan kami ingin mengangkat ekonomi masyarakat, dengan mengajari budi daya tanaman alpukat yang bisa dilakukan di depan rumah, belakang rumah, dan tidak harus skala perkebunan,” ungkapnya.
Agus Riyadi bercerita, pada mulanya pada 2011 ia hanya menanam dua pohon alpukat yang digarap dan diberdayakan sendiri. --BRI
Ia juga berharap kepada BRI untuk terus memperluas dukungan kepada para petani, khususnya dalam hal permodalan sehingga dapat dimanfaatkan untuk mempermudah pengiriman jangkauan produk alpukat ke daerah-daerah di Indoneisa.
Pada kesempatan lain, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa BRI memiliki komitmen untuk terus mendampingi dan memberdayakan pelaku UMKM lewat program Klasterku Hidupku.
“Kami berkomitmen terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM, tidak hanya berupa modal usaha tapi melalui pelatihan-pelatihan usaha dan program pemberdayaan lainnya, sehingga UMKM dapat tumbuh dan semakin tangguh,” ungkapnya.
BACA JUGA: Layanan Digital dan Inovasi KUR Primadona Nasabah BRI Lubuklinggau
Menurutnya, kehadiran Klasterku Hidupku sangat bermanfaat bagi kelompok usaha dalam mendapatkan dukungan program pemberdayaan.
“Semoga apa yang ditunjukkan klaster usaha ini menjadi motivasi dan cerita inspiratif dapat ditiru oleh kelompok-kelompok usaha lainnya di berbagai daerah,” ungkap Supari. (*)
*) Mahasiswa peserta program MBKM Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya