Belajar Saling Toleransi dari Tiongkok

Minggu 01-12-2024,13:33 WIB
Oleh: Jagaddhito Probokusumo*

Namun, ternyata masjid berdiri di kota tersebut. Mereka menyebut masjid adalah 清真寺 (qingzhensi) atau qinqzen temple. Jamaahnya sekitar 25 orang. 


MASJID atau qingzen temple di Kota Rizhao, Tiongkok.-Jagaddhito Probokusumo untuk Harian Disway-

Mayoritas jamaah adalah warga Tiongkok, tetapi ada juga yang berasal dari Timur Tengah, Turkiye, Maroko, dan tentunya Indonesia. 

Di Rhizao, jumatan dimulai pukul 13.30, sedangkan masuk waktu zuhur adalah 11.40. Berbeda dengan di Indonesia yang memulai jumatan di awal. 

Tiongkok membuktikan bahwa di negara yang tidak memiliki agama dan tidak memiliki Pancasila, mereka masih bisa bersikap toleran terhadap minoritas di negaranya (WNI dan muslim). 


SUASANA ibadah di masjid Rizhao, Tiongkok. Masjid ini biasa dipakai untuk jumatan.-Jagaddhito Probokusumo untuk Harian Disway-

Tiongkok menunjukkan dengan perbuatan dan menghormati kedaulatan  muslim dimulai dari makanan, salat, sampai masjid. Indonesia adalah negara dengan tingkat populasi muslim terbesar di dunia. 

Namun, kita masih sering diadu domba terkait politik identitas dan konflik antaragama. Di Indonesia pula ketimpangan antara si kaya dan si miskin makin lebar. 

Belajar dari pengalaman kali ini, kita berharap agar nilai toleransi tersebut menjadi jawaban dari segala bentuk diskriminasi dan konflik dalam kehidupan bernegara di Indonesia. (*)


*) Jagaddhito Probokusumo adalah peserta Fellowship Training Interventional Cardiology di Rizhao International Heart Hospital China.

 

Kategori :