HARIAN DISWAY - Nama Gus Miftah kini menjadi perbincangan hangat di media sosial usai viral menghina penjual es teh dalam acara pengajian di Magelang beberapa waktu lalu.
Imbas dari perilaku tersebut, netizen meminta Presiden Prabowo Subianto mencopot jabatan Miftah sebagai utusan khusus presiden.
Seperti yang kita tahu, Prabowo melantik Miftah sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan pada Oktober lalu.
Namun, tidak lama dari mendapat jabatan terhormat itu, Miftah mengeluarkan kata-kata yang dinilai kasar oleh netizen Indonesia kepada seorang pedagang yang berjualan di pengajiannya.
BACA JUGA:Gus Miftah Minta Maaf Usai Video Hina Penjual Es Teh Viral, Ini Penjelasannya!
Perilaku Miftah tersebut menuai kritik tajam setelah sebuah video yang memperlihatkan dirinya mengolok-olok seorang penjual es teh di sebuah acara pengajian di Magelang viral di media sosial.
Dalam video tersebut, Miftah terlihat memberikan komentar yang dinilai tidak pantas kepada penjual es teh yang dagangannya belum laku terjual.
Ketika diminta oleh jemaah untuk memborong dagangan penjual tersebut, alih-alih membantu, Miftah justru memberikan pernyataan yang dianggap mengejek.
"Es tehmu sik akeh ora (masih banyak tidak)? Masih? Yo kono didol, goblok. Dol en ndisik, ngko lak rung payu yo wes, takdir (Ya sana dijual, bodoh. Jual dulu, nanti kalo belum laku ya sudah, takdir)" ujar Miftah dengan nada bercanda di video yang viral tersebut.
BACA JUGA:Setelah Sebut Penjual Es Teh Goblok, Ini Deretan Kontroversi Gus Miftah
Kata-kata Miftah yang terekam dalam video tersebut segera memicu gelombang kritik dari masyarakat, terutama dari netizen di media sosial.
Banyak yang menilai bahwa tindakan Gus Miftah tidak mencerminkan perilaku seorang tokoh agama yang seharusnya menjadi teladan dalam tutur kata dan sikap.
Apalagi, ia saat ini menjabat sebagai salah satu staf Presiden Prabowo Subianto di bidang keagamaan.
Tak sedikit netizen yang menyuarakan kekecewaannya melalui berbagai platform media sosial.
Mereka menilai bahwa sikap seperti itu tidak layak ditunjukkan oleh seorang pemuka agama sekaligus pejabat negara.