Bagi Suyoto yang bupati Bojonegoro dua periode (2008‒2018), "Lebih baik menyalakan lilin daripada menyalahkan kegelapan." Ribuan tahun silam, filsuf masyhur Mencius juga mewanti-wanti kita agar "反求诸己" (fǎn qiú zhū jǐ): mengintrospeksi diri ketimbang melempar kesalahan pada orang lain.
Memang, dalam menghadapi situasi yang tidak menguntungkan, tidak sedikit manusia yang langsung mencari kambing hitam untuk membenarkan kesalahan yang dibuatnya. Padahal, sebagaimana yang diajarkan petuah yang dijadikan pegangan hidup Suyoto tadi, mengutuk (si)apapun tidak akan pernah memperbaiki apapun.
Sebaliknya, dengan "menyalakan lilin", walaupun cuma akan memberikan sepercik cahaya di tengah pekatnya kegelapan, tetap menunjukkan bahwa kita memiliki keberanian untuk menghadirkan solusi. Tindakan sekecil apapun, karena itu, jauh lebih berharga dibandingkan tidak berbuat apa-apa --apalagi melemparkan tanggung jawab kepada yang lainnya.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan President Director PT Bayan Resources Tbk Datuk Low Tuck Kwong: Di Xing Li Ming
Dengan lain kata, dalam menjalani kehidupan, kita mesti bertekad untuk menjadi bagian dari yang gesit mencarikan jalan keluar, bukan sekadar menjadi pengamat yang pandai memberikan penilaian. Sebab, dunia yang lebih baik hanya bisa tercipta jika kita semua bersedia "menyalakan lilin" kita masing-masing.
Namun, tentu terserah Anda mau jadi yang mana. Pasalnya, ada wejangan yang bilang, "Ketika arah angin berubah, ada orang yang membangun tembok, ada orang yang membuat kincir angin" (当风向改变时,有的人筑墙,有的人造风车 dāng fēng xiàng gǎi biàn shí, yǒu de rén zhù qiáng, yǒu de rén zào fēng chē).