Sedangkan penduduk Indonesia pada Desember 2024 berjumlah kurang lebih 281 juta dengan rata-rata kebutuhan konsumsi beras per bulan adalah 2,55 sampai dengan 2,56 juta ton. Maka, kebutuhan konsumsi beras per tahun adalah kurang lebih 30,72 juta ton beras.
Pada saat ini, untuk mencukupi kebutuhan beras, pada November dan Desember, Indonesia mengimpor 3,85 juta ton beras. Kebergantungan bahan pangan beras terhadap impor tentu menghadapi risiko.
Misalnya, bila terjadi bencana, konflik, atau pandemi, musim kering yang panjang di negara-negara pengimpor beras, mereka akan menghentikan pasokannya dan lebih mementingkan kebutuhan negaranya.
BACA JUGA:Program Makanan Bergizi; Perspektif Filsafat Marxisme dalam Kebijakan Pangan
BACA JUGA:Air, Kunci Utama Ciptakan Swasembada Pangan
Oleh karena itu, program peningkatan produksi pangan terus diperjuangkan dan program diversifikasi pangan nonberas terus dilanjutkan untuk mewujudkan swasembada pangan.
PROGRAM DIVERSIKASI PANGAN
Saat ini program Kementerian Pertanian (Kementan) mengembangkan diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal yang fokus kepada satu komoditas utama per provinsi.
Program diversifikasi pangan satu provinsi satu komoditas itu perlu dievaluasi karena dalam satu provinsi bisa terdiri atas beragam ekosistem yang berpotensi menghasilkan beragam produk pangan.
Untuk itu, pemerintah perlu mendukung melalui program dan kebijakan daerah penghasil produk pangan nonberas dan menjaga pola konsumsinya. Yang dikhawatirkan, daerah produsen pangan nonberas mengalami perubahan dalam mengonsumsi bahan pangannya.
Ketersediaan pangan beras dan/atau nonberas sebagai representasi salah satu wujud ketahanan pangan.
Pola diversifikasi pangan diperlukan untuk memperkuat jaminan ketahanan pangan hingga tingkat daerah. Suatu tantangan diversifikasi pangan adalah menjaga dan mendorong agar konsumsi nonberas tidak mengalami perubahan, bahkan mengalami kenaikan.
Namun, saat ini pola konsumsi nonberas menunjukkan tren penurunan. Ketergantungan masyarakat Indonesia pada konsumsi beras masih cukup tinggi. Indonesia memiliki potensi besar untuk menghasilkan bahan pangan nonberas.
Ada sepuluh bahan makanan pokok di Indonesia bisa dikonsumsi. Yaitu, jagung, kentang, sagu, singkong, labu, ubi jalar, pisang, talas, sukun, dan gadung. Bahkan, saat ini porang merupakan bahan pangan yang dikonsumsi sebagian warga masyarakat, tetapi harganya cukup mahal.
Namun, hingga saat ini beberapa bahan makanan pokok nonberas seperti jagung masih impor. Itu mengingat kebutuhan jagung tidak hanya untuk bahan pangan manusia, tetapi juga untuk bahan pakan ternak.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia masih mengimpor jagung untuk memenuhi kebutuhan domestik. Dalam periode Januari–September 2024, total impor jagung mencapai 967,9 ribu ton dengan nilai USD 247,9 juta atau Rp 3,89 triliun (kurs Rp 15.700). Volume itu naik 0,17 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.