HARIAN DISWAY - Uang kartal pada layanan penukaran uang di dalam program Semarak Rupiah Ramadan dan Idul Fitri 1446 H atau 2025 masehi turun 1,6 persen dibanding tahun sebelumnya. Hal itu disampaikan Bank Indonesia (BI). Kondisi tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya transaksi nontunai (cashless).
BI memang sedang fokus mempercepat melakukan digitalisasi dalam sistem pembayaran 2025. Caranya dengan mempercepat pembayaran menggunakan QRIS. Kebijakan rupiah digital adalah beberapa langkah inisiatif untuk mencapai kemajuan digitalisasi tersebut.
Arah kebijakan tersebut dibuat sejalan dengan semangat Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030. Dan itu memang dipersiapkan untuk menciptakan sistem pembayaran nasional yang memiliki daya tahan di tengah gempuran digitalisasi saat ini.
Melansir Laporan Tahunan Bank Indonesia 2023, sudah terjadi peningkatan transaksi non-tunai yang cukup signifikan. Tergambar dari peningkatan transaksi uang elektronik di triwulan IV 2023, yakni sebesar 11,10 persen (yoy).
BACA JUGA:Bank Emas Resmi Rilis, Ini Cara Bikin Rekening Bank Emas di Pegadaian dan BSI
BACA JUGA:Bank Emas Pertama di Indonesia Diresmikan Hari Ini, Simak Tujuan dan Berbagai Layanannya!
Jumlah pengguna QRIS juga berhasil melewati target yang ditetapkan di tahun tersebut. Sepanjang 2024, mengutip publikasi Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, tren peningkatan transaksi non-tunai di Indonesia ternyata masih terus berlangsung.
Peningkatan transaksi non-tunai itu paling terlihat dari transaksi QRIS yang sudah mulai menunjukkan pertumbuhan sejak triwulan I sebesar 175,44 persen (yoy). Kemudian berlanjut hingga triwulan IV sebesar 186 persen (yoy). Tren yang sama juga terjadi pada volume transaksi uang elektronik yang konsisten mengalami pertumbuhan hingga 33,4 persen (yoy) di triwulan IV 2024.
Di sisi lain, meskipun transaksi nontunai terus mengalami pertumbuhan, faktanya, data masih menunjukkan pertumbuhan jumlah uang yang diedarkan (tunai) dari triwulan I hingga triwulan IV yaitu masing-masing sebesar 13,15 persen (yoy), 6,61 persen (yoy), 11,43 persen (yoy), dan 11,9 persen (yoy).
Menyimpang uang dengan dompet yang benar menjadikan uang mempunyai masa layak edar yang panjang.-Boy Slamet-
Meskipun kedua bentuk transaksi tersebut sama-sama mengalami pertumbuhan, tapi peran transaksi non-tunai sebenarnya sudah mulai bergeser. Yakni, dari komplementer ke arah substitusi transaksi tunai di Indonesia yang ditandai perlambatan pertumbuhan uang tunai.
Karena itu, di Lebaran tahun ini, BI hanya menyediakan uang layak edar sebesar Rp 180,9 triliun untuk layanan penukaran uang. Sementara, di hari raya Idulfitri tahun sebelumnya, BI menyiapkan uang untuk layanan penukaran uang sebesar Rp 183,8 triliun.
“Turunnya hanya 1,6 persen. Kenapa begitu? Karena (transaksi) nontunainya kan sekarang semakin banyak,” kata Deputi Gubernur BI Doni P. Joewono saat ditemui awak media di Mojokerto, beberapa waktu lalu.
BACA JUGA:Bank Emas Disebut Bisa Serap 800 Ribu Tenaga Kerja, Begini Kata Erick Thohir
BACA JUGA:Prabowo Wajibkan Pengusaha Simpan 100% Devisa Hasil Ekspor SDA di Bank Nasional