Menunggu Penampakan Hilal Hilirisasi

Kamis 06-03-2025,07:33 WIB
Oleh: Sukarijanto*

PRODUKTIVITAS industri manufaktur di tanah air masih menunjukkan geliat yang positif meski di tengah tekanan perlambatan ekonomi global. Sejumlah produsen mengalami kenaikan produksi karena didorong permintaan baru, khususnya di pasar domestik. 

Penguatan ekonomi sejalan dengan kinerja positif dari industri manufaktur yang menjadi kontributor paling besar terhadap PDB nasional kendati belum pada fase optimal. 

Secara umum, tren pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tahunan cenderung menurun sejak 2011 hingga 2024, dengan pengecualian tahun 2020 yang dalam fase terdampak pandemi Covid-19. 

Dengan begitu, target Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2024 sebesar 19,9–20,5 persen pun masih jauh dari target. Sebab, sampai akhir kuartal ketiga 2023 kontribusi sektor industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional masih di titik 18,75 persen. 

Bila membandingkan kinerja industri manufaktur Indonesia dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam, Indonesia relatif tertinggal dengan struktur industri pengolahan yang masih didominasi industri berbasis sumber daya alam. 

Sementara itu, Malaysia dan Vietnam kini telah bergerak ke arah industri berbasis teknologi tinggi dan Thailand didominasi industri teknologi menengah. 

Kondisi itu menunjukkan perlunya transformasi fundamental di sektor industri Indonesia agar mampu bersaing di tingkat global.

Meski Indonesia tidak berada pada fase deindustrialisasi, akan tetapi di saat pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,02 persen, kontribusi industri manufaktur masih sangat kecil, yaitu 1 persen. 

Hal itu menunjukkan lemahnya peran sektor industri manufaktur dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Terlebih, pengalaman sejarah menunjukkan bahwa negara-negara dengan ekonomi yang kuat selalu ditopang industri, baik berbasis manufaktur maupun industri berbasis teknologi maju. 

Sayang, di Indonesia saat ini sektor industri menghadapi tantangan yang cukup besar, yakni cenderung memasuki tren pelemahan.

Akibatnya, ambisi menuju pertumbuhan ekonomi 8 persen sebagaimana dicanangkan Presiden Prabowo Subianto dinilai sejumlah ekonom sebagai hal yang amat berat untuk dicapai.

IKLIM INVESTASI 

Menurut data Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) pada periode 2014 hingga 2022, rata-rata pertumbuhan PDB industri manufaktur Indonesia mencapai 3,44 persen, lebih tinggi daripada pertumbuhan dunia maupun OECD (data World Bank). 

Meski demikian, mengapa dalam beberapa pekan belakangan ini justru sejumlah prinsipal asing hengkang dari Indonesia ataupun penutupan pabrik lokal? Secara implisit, hal itu menjadi pertanda bahwa industri dalam negeri sedang tidak baik-baik saja. 

Juga, hal tersebut mengindikasikan perlunya perbaikan tata kelola dan pembenahan investasi tanah air. Sejumlah industri asing yang sebelumnya memproduksi barang industri di Indonesia kabur ke negara tetangga seperti Vietnam, dan Thailand, bahkan India. 

Kategori :