BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (4): Wujud Spirit Ekonomi Islam di Masjid Pemuda Indonesia
Pintu, tiang, dan jendela masjid semuanya terbuat dari kayu jati. Tepat di atas pintu, terdapat lengkungan besi berbentuk setengah lingkaran. Lampu kristal yang menggantung di tengah masjid semakin menambah kesan klasik.
Hari itu, Harian Disway berkunjung ke Masjid Sunan Ampel untuk menemui takmir masjid. Yang menemui adalah Hasan, salah seorang takmir. Lelaki itu mengenakan seragam dengan bordiran hijau bertulisan namanya.
Ia menjelaskan bahwa ada mihrab khusus yang tidak boleh ditempati karena dulunya digunakan oleh Sunan Ampel saat menjadi imam. “Sedangkan mihrab lainnya tetap dipakai untuk salat Jumat dan salat berjamaah sehari-hari,” katanya.
Selain keunikan arsitektur, masjid itu juga menyimpan kisah para murid Sunan Ampel. Salah satunya adalah Mbah Sholeh, yang konon dipercaya “mati sembilan kali” dan turut serta dalam pembangunan masjid. “Dulu, warna asli bangunannya hijau,” kata Mbah Sajab.
Jamaah yang berbagi takjil di Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya, Rabu, 5 Maret 2025.-Moch Sahirol Layeli-
Masjid Sunan Ampel tak pernah sepi pengunjung. Setiap tahun, ribuan orang datang untuk beribadah atau mengikuti perayaan keagamaan seperti Maulid Nabi dan Haul Sunan Ampel.
Kawasan di sekitar masjid juga menjadi pusat perdagangan oleh-oleh Islami, dari tasbih hingga minyak wangi. Sejarah dan arsitektur yang unik membuat masjid ini tetap tegak sebagai simbol kejayaan Islam di tanah Jawa. (*)
Masjid Penggerak Ekonomi, baca besok… (*)