Itu juga bisa dicontoh pengikutnya di seluruh wilayah RI. Jika itu bisa terjalin, kekuatan besar akan selalu tercipta di setiap wilayah tersebut. Kekuatan itu diharapkan bisa mengalahkan siapa pun. Baik di semua bidang, ketiganya bisa saling bahu-membahu untuk merumuskan satu kekuatan besar dalam membangun negara ini.
GERAKAN SILAT BASMI KORUPTOR
Menarik melihat gerakan silat Presiden Prabowo ketika ditanya tentang korupsi di tubuh Pertamina. Lewat gerakan pencak silat, presiden menunjukkan akan menyikat habis koruptor di negara ini. Itu menandakan kekuatan, kegeraman, dan keberanian untuk menumpas semua bentuk penyelewengan di negara ini.
Memang Prabowo merupakan ketua umum IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), tetapi gerakan itu bermakna optimisme dan keberanian memberantas koruptor. Tidak ada kata maaf dan ampun bagi koruptor.
Semua akan diusut dan diadili seberat-beratnya, di mana pun ia melakukan kejahatan itu. Hal itu bermakna sangat mendalam dan merupakan komitmen yang kuat bagi rezim Prabowo-Gibran dalam menghadapi kasus-kasus korupsi.
Memang pidato tentang korupsi banyak diperdengarkan setiap pejabat ketika memberikan kata sambutan. Semua seolah penuh komitmen dan kesungguhan untuk memberantasnya, penuh formula dan aksi yang ditunjukkan dalam penumpasannya.
Kadang-kadang kita bertanya, kapan kita bisa memberantas praktik-praktik penyelewengan itu sampai ke akar-akarnya. Rasanya tidak ada rasa jemu dari negara ini untuk memberantas kasus-kasus korupsi. Satu lembaga khusus (KPK) dibentuk untuk menyelidiki kasus-kasus korupsi.
Bahkan, pendidikan di sekolah mengajarkan tentang apa dan bagaimana korupsi itu serta bagaimana cara negara ini menekan agar angkanya tidak makin membubung tinggi. Itu sebagai upaya agar generasi kita tidak canggung atau merasa asing terhadap kasus-kasus penyelewengan ini.
MAKNA KEMBALI MENGIKUTI RETRET BAGI KEPALA DAERAH DARI PDIP
Penulis ingin membahas fenomena para pemimpin daerah yang berasal dari PDIP yang sempat dilarang mengikuti retret oleh sang pemimpin parpol, Megawati Soekarnoputri. Mereka –yang sudah atau dalam perjalanan menuju Magelang (markas Akmil) sebagai venue kegiatan pembekalan untuk mereka– terpaksa mengurungkan diri.
Tetapi, apa yang terjadi pada empat hari pelaksanaan retret? Serombongan kepala daerah yang dipimpin Pramono Anung, sebagai senior di tubuh PDIP, mengikuti kegiatan retret itu.
Kembalinya sekitar 40 orang dari PDIP menimbulkan kesan PDIP tidak secara nyata memusuhi rezim ini. PDIP hanya menjadi penyeimbang dari kekuatan koalisi Prabowo-Gibran dalam menjalankan segara program pembangunan negara ini.
Hal itu juga makin membuktikan tidak ada istilah partai oposisi di negara ini. Mereka yang berseberangan dengan partai yang berkuasa hanya menjadi pengkritik, pihak yang meluruskan, pemberi masukan kepada kebijakan yang akan diambil partai berkuasa beserta koalisinya.
Secara tidak langsung, PDIP juga sebuah partai yang mampu berbesar hati untuk menyukseskan semua kegiatan dari pemerintah. Meski telat mengikuti, mereka berkomitmen menyelesaikan seluruh kegiatan tersebut.
Itu juga bermakna bahwa seluruh komponen bangsa menyatu dan tidak mampu dicerai-beraikan oleh satu isu tertentu. Wallahualam bissawab. (*)
*) Yayan Sakti Suryandaru adalah dosen Departemen Komunikasi, FISIP, Unair, Surabaya