Cara mengatasinya:
- Prioritaskan tugas-tugas berat di pagi hari saat energi masih tinggi.
- Gunakan teknik manajemen waktu seperti Pomodoro untuk menjaga konsentrasi.
- Kurangi gangguan dengan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan minim distraksi.
- Jika memungkinkan, sesuaikan jam kerja dengan ritme energi selama puasa.
3. Tantangan Manajemen Waktu
Tantangan ketiga adalah para profesional berjuang dengan manajemen waktu yang efektif dengan bangun sebelum fajar, begadang, dan berpartisipasi dalam kegiatan komunitas tambahan.
Buat jadwal kerja yang realistis dan sesuaikan dengan jam ibadah serta istirahat. --iStockphoto
BACA JUGA: 5 Resep Makanan Tradisional Khas Jawa Tengah untuk Buka Puasa saat Ramadan 2025
Di sisi lain, rasa lapar dan lelah dapat mengganggu fungsi kognitif dan produktivitas. Akibatnya, hal ini dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengelola waktu secara efektif.
Cara mengatasinya:
- Buat jadwal kerja yang realistis dan sesuaikan dengan jam ibadah serta istirahat.
- Hindari begadang berlebihan agar tubuh tetap segar saat bekerja.
- Manfaatkan waktu setelah sahur atau pagi hari untuk menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
- Kelola tugas dengan baik agar tidak menumpuk menjelang berbuka.
Orang yang bekerja saat berpuasa akan menghadapi tiga tantangan utama yang disebutkan di atas. Namun, dengan strategi yang tepat, tantangan tersebut bisa diatasi.
BACA JUGA: 6 Sunnah Berbuka Puasa Ramadan yang Perlu Diamalkan
Rahasianya adalah menjaga pola makan sehat saat sahur dan berbuka, membuat rencana harian yang efektif, berolahraga ringan untuk menjaga kebugaran, serta memastikan tubuh mendapatkan istirahat yang cukup.
Selain itu, penting juga untuk mendengarkan sinyal tubuh dan tidak memaksakan diri jika merasa terlalu lelah. Berpuasa bukan hanya soal menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang keseimbangan antara ibadah, pekerjaan, dan kesehatan.
Dengan manajemen energi, fokus, dan waktu yang baik, bekerja di bulan Ramadan tetap bisa dilakukan secara optimal tanpa mengorbankan produktivitas maupun kesehatan. (*)
*) Pingki Maharani, mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka Surabaya