Ford Hentikan Ekspor Sejumlah Mobil ke Tiongkok Akibat Tarif Perang Dagang

Sabtu 19-04-2025,10:45 WIB
Reporter : Shabrina Wa Zakiah*
Editor : Taufiqur Rahman

Penurunan ini sejalan dengan meningkatnya ketegangan hubungan dagang antara Washington dan Beijing, yang terutama dipicu oleh kebijakan tarif dari kedua belah pihak.

Presiden Amerika Serikat saat ini, Donald Trump, mempertahankan tarif tinggi terhadap barang-barang asal Tiongkok hingga mencapai 145 persen. 

BACA JUGA:Trump: Pengecualian Tarif terhadap Beberapa Produk Tiongkok Hanya Bersifat Sementara

Sebagai balasan, pemerintah Tiongkok juga memberlakukan tarif hingga 125 persen terhadap sejumlah produk asal AS, termasuk kendaraan.

Meskipun menghadapi hambatan ekspor, Ford masih mampu menjual sebanyak 442.000 unit kendaraan di Tiongkok sepanjang 2024. 

Menurut laporan tahunan terbaru perusahaan, angka tersebut mencakup sekitar 1,6 persen dari total pasar otomotif di negara tersebut.

BACA JUGA:AS Kenakan Tarif 47 Persen untuk Produk Tekstil dan Garmen dari Indonesia, Pemerintah Nego Pakai Impor BBM

Perusahaan AS tersebut juga masih mengoperasikan sejumlah pabrik manufaktur di Tiongkok patungan dengan perusahaan-perusahaan lokal untuk memproduksi kendaraan dengan merek Ford dan Lincoln.


Lincoln Nautilus yang serba baru dipamerkan di LA Auto Show pada tanggal 29 November 2017 di Los Angeles. Ford Motor telah mulai menghentikan pengiriman F-150, Bronco, dan berbagai model lainnya ke Tiongkok untuk menghindari lonjakan tarif. --FREDERIC J. BROWN / AFP

Beberapa model bahkan diekspor kembali ke negara lain, termasuk Lincoln Nautilus. Sayangnya, kini model tersebut justru dikenai tarif tinggi ketika masuk kembali ke Amerika Serikat.

Di tengah segala tantangan, Wakil Ketua Ford, John Lawler, menyampaikan bahwa usaha mereka di Tiongkok mencatatkan laba operasional sekitar 900 juta dolar AS sepanjang tahun 2024.

BACA JUGA:Antisipasi Tarif Trump, Indonesia Alihkan Ekspor ke Eropa dan Australia

Situasi ini menggambarkan bagaimana konflik perdagangan antara dua kekuatan ekonomi besar dunia bisa memberikan dampak langsung pada perusahaan global.(*)

*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kategori :