Tak kalah penting, video review juga membentuk rasa keterhubungan sosial. Saat seseorang menonton review laptop atau skincare, ia merasa menjadi bagian dari komunitas dengan minat yang sama.
BACA JUGA: 7 Rekomendasi Barang Lucu untuk Freebies Konser, Momen Nonton Jadi Makin Berkesan
Komentar penonton, pembahasan fitur, hingga saran dari reviewer membangun ruang diskusi yang memperkuat identitas kelompok.
Menurut studi dari Journal of Consumer Research, konten digital termasuk video ulasan barang atau produk, menciptakan ilusi hubungan sosial antara pembuat konten dan penonton.
Menonton review bisa memicu keinginan membeli sesuatu hanya karena eksposur berulang, bukan karena urgensi. --Pinterest
Hal ini berpengaruh pada cara penonton merasakan kenyamanan emosional dan bahkan dapat memengaruhi perilaku konsumsi mereka.
BACA JUGA: 7 Langkah Digital Decluttering Jika Laptop Lemot dan HP Penuh
Ketika penonton merasa memiliki kedekatan emosional atau sosial dengan pembuat konten, mereka cenderung merasa lebih nyaman dan lebih percaya pada informasi yang disampaikan dalam video tersebut, meskipun mereka mungkin tidak membutuhkan barang atau produk yang sedang diulas.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa keterlibatan emosional yang terjadi dalam konsumsi konten dapat mendorong pembentukan koneksi sosial virtual.
Penonton merasa terhubung dengan reviewer, yang sering kali berbagi pengalaman pribadi atau sudut pandang yang relatable, meskipun secara fisik mereka tidak berinteraksi.
BACA JUGA: Review Samsung Galaxy Tab S9 Ultra, Tablet Raksasa untuk Para Profesional
Namun, fenomena ini juga memperlihatkan bagaimana algoritma dan budaya konsumsi memengaruhi pola pikir kita. Banyak konten ulasan dikemas sangat menarik dan “relevan secara emosional” meskipun tidak sesuai kebutuhan riil.
Hal ini berakar dari ekonomi perhatian, di mana waktu dan fokus pengguna menjadi komoditas utama. Algoritma platform secara canggih menyaring konten yang berpotensi membuat pengguna bertahan lebih lama, termasuk video barang-barang yang sebenarnya tidak mereka perlukan.
Dari sini muncul istilah “pseudo-need” atau kebutuhan semu. Menonton review bisa memicu keinginan membeli sesuatu hanya karena eksposur berulang, bukan karena urgensi.
BACA JUGA: Review Asus ROG Zephyrus G15 (2025), Laptop Gaming Premium dengan Performa Tangguh
Namun, bukan berarti menonton review selalu berdampak negatif. Jika disadari dan disikapi secara bijak, aktivitas ini bisa menjadi sarana belajar, hiburan, atau referensi jangka panjang.