Black Dandyism: Busana sebagai Pembebasan dalam Mode Kontemporer

Minggu 11-05-2025,08:00 WIB
Reporter : Susi Laksmita Pratiwi*
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Busana tak hanya soal gaya. Bagi sebagian orang, pakaian bisa menjadi bentuk pernyataan—bahkan perlawanan.

Hal ini tercermin dalam gerakan Black Dandyism, sebuah ekspresi estetika dan identitas yang lahir dari sejarah panjang penindasan, namun diubah menjadi simbol kebanggaan, kekuatan, dan pembebasan diri.

Tahun ini, tema Met Gala mengusung tajuk “Superfine: Tailoring Black Style”, menyoroti kontribusi luar biasa budaya kulit hitam dalam membentuk wajah mode global.

BACA JUGA: Segala Tentang Met Gala 2025, Tema, Selebriti yang Hadir, dan Link Live Streaming

Black Dandyism menjadi salah satu sorotan utama, memperlihatkan bagaimana kaum kulit hitam menggunakan busana sebagai alat untuk mendefinisikan diri mereka sendiri di tengah tekanan sosial, rasial, dan historis.

Akar Historis Black Dandyism


Setelan jas rapi, rompi elegan, dasi kupu-kupu, sepatu mengilap, warna cerah, dan pola berani jadi ciri khas gaya Black Dandyism.--The New York Times

Akar dari Black Dandyism berakar pada pertemuan antara budaya kulit hitam dan gaya berpakaian Eropa—yang mulai terlihat setelah masa Emansipasi (pembebasan dari perbudakan), dan mencapai puncaknya pada era Harlem Renaissance.

Pada 1920-an, Harlem menjadi pusat pemikiran intelektual dan ekspresi artistik masyarakat kulit hitam di Amerika Serikat. Tokoh-tokoh seperti Langston Hughes, Josephine Baker, dan Zora Neale Hurston menembus batas lewat karya sastra dan seni mereka. Namun tak kalah penting adalah revolusi kultural yang juga terjadi dalam dunia busana.

BACA JUGA: Fenomena Quiet Luxury 2025, Ketika Elegansi Berbicara Tanpa Logo

Dalam era itu, berpakaian rapi bukan hanya soal estetika, tetapi tindakan subversif. Para seniman, musisi, dan pemikir kulit hitam tampil elegan dan mencolok, bukan sekadar mengikuti tren, melainkan menunjukkan martabat, kepercayaan diri, dan penegasan identitas.

Gaya khas mereka mencakup jas potongan rapi, rompi, dasi kupu-kupu, sepatu kulit mengilap, serta penggunaan warna-warna cerah dan pola berani—sebuah kombinasi antara keanggunan klasik Eropa dan sentuhan individualitas Afrika-Amerika.

Dalam masyarakat yang masih membatasi ruang gerak mereka, berpakaian mewah adalah bentuk penolakan terhadap stereotip—dan bentuk pembebasan diri.

BACA JUGA: 10 Busana Terbaik Met Gala 2025, Ada Sang Legenda Diana Ross Hingga Dua Lipa

Sejak saat itu, Black Dandyism berkembang menjadi bahasa visual perlawanan dan kebanggaan budaya yang terus diwariskan hingga hari ini.

Dandyism sebagai Perlawanan Budaya


Gerakan La Sape di Kongo menunjukkan bagaimana busana mewah dipakai sebagai perlawanan sosial dan penegasan identitas di tengah kemiskinan.-Baudouin Mouanda-

Kategori :