Ini adalah rubrik baru dari Disway: Story of Diaspora. Akan ada kisah-kisah menarik yang ditulis oleh diaspora Indonesia di berbagai negara. Silakan memberikan komentar terhadap tulisan tersebut. Setiap hari akan ada komentar pilihan Dahlan Iskan yang ditampilkan di rubrik ini. (Redaksi)
---
Di Indonesia, jalur hidup yang dianggap "normal" itu jelas: lulus SMA, kuliah S1, lalu kerja atau lanjut S2. Tapi bagaimana kalau hidupmu nggak lurus-lurus aja? Apa kamu gagal, atau justru sedang menemukan jalanmu sendiri?
---
Saya, Marisa –arek Suroboyo– lahir dan besar di Surabaya. Setelah lulus dari SMA St. Louis 1, saya melanjutkan sekolah mode di Singapura. Saya mengambil jurusan fashion journalism.
Setelah magang di salah satu majalah fashion paling bergengsi di Jakarta, Dewi Magazine, saya memutuskan untuk fokus di dunia jurnalisme mode.
Saya beruntung bisa melanjutkan kuliah S1 di Academy of Art University di San Francisco, jurusan social media.
Di sana, saya mulai menulis secara profesional untuk media gaya hidup dan meliput catwalk di wilayah San Francisco Bay Area dan Silicon Valley.
Pekerjaan saya waktu itu adalah bikin konten, ngejar engagement, dan membangun brand lewat media sosial. Tapi lama-lama saya merasa kosong. Apakah tujuan hidup cuma untuk dapat likes, followers, dan jual produk? Saya mulai bertanya: inikah yang aku mau selamanya?
Lalu pandemi datang.
Saya tinggal di apartemen 28 m2 di San Francisco, sendirian. Sementara keluarga saya di Indonesia.
Di tengah kesendirian dan ketidakpastian itu, saya diterima di program MSCS Bridge di University of San Francisco. Saya terinspirasi karena tinggal di pusat teknologi dunia—San Francisco Bay Area. Rasanya seperti sudah waktunya untuk mencoba sesuatu yang baru.
Belajarnya tidak mudah. Benar-benar tantangan besar –dari nol, apalagi bersaing dengan anak-anak yang sudah ngoding sejak umur 5 tahun.
Semua materi saya pelajari hanya lewat Zoom, dari MacBook saya yang sering kepanasan.
Dua tahun pertama saya kuliah full online, tanpa kelas fisik, tanpa tatap muka. Hanya layar dan tekad.