Love Scam Melanda Usia Paruh Baya

Rabu 21-05-2025,23:38 WIB
Oleh: Retno Wulandari Setyaningsih*

Kondisi itu menjadi celah emosional yang dimanfaatkan pelaku dengan menghadirkan ”sosok” yang perhatian, pengertian, dan bahkan romantis. Tidak heran jika banyak korban penipuan romansa itu adalah pekerja migran Indonesia yang berada di luar negeri.

”Kami berkunjung ke Hongkong. Kami bertemu dengan para PMI (pekerja migran Indonesia) yang hampir 90 persen itu perempuan. Itu banyak terkena love scam. Love scam itu macam-macam, jadi misalnya kayak dipacarin, terus kemudian transfer, hilang,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen (KE PEPK) OJK Friderica Widyasari Dewi dalam Kegiatan Edukasi Keuangan para Pekerja Migran sekaligus Perayaan Hari Kartini pada 21 April 2025.

Alasan kedua, adanya keinginan untuk kembali menjadi pusat perhatian dan validasi bahwa masih memiliki daya tarik bagi lawan jenis. Usia yang makin menua membuat penampilan dan rasa percaya diri juga makin berkurang. 

Ketika ada akun dengan foto profil lawan jenis yang masih muda memberikan perhatian, dengan mudah kaum paruh baya jatuh cinta.

Contohnya adalah dalam acara Jam Praktek Uya Kuya bulan November 2024, seorang ibu usia 40 tahunan yang berasal dari Jambi mengaku berkenalan via media sosial dan berhubungan dengan seorang polisi muda dan tampan bernama Arham.

Dia mengaku terbawa perasaan karena sang ”polisi” selalu memperhatikan dan menghubunginya dengan kata-kata manis seperti ”Dah Isya lho mam, jangan lupa salat dulu yah ..ntr kapan-kapan abang imamin” dan video call menunjukkan sedang beraktivitas, seperti tiba di kantor atau sedang salat. 

Dengan alasan bisnis kayu, ibu teresebut tertipu uang Rp 200 juta gegara komunikasi intensif dengan profil polisi muda nan perhatian dan religius itu.

Ketiga, pelaku memilih individu yang memiliki stabilitas ekonomi, akses terhadap dana pribadi, dan bebas mengambil keputusan finansial tanpa pengawasan dari orang lain. 

Riset perusahaan keamanan siber, Kaspersky, menunjukkan bahwa kelompok usia yang paling banyak tertipu oleh penipuan romansa adalah generasi baby boomers dan silent generation.

Generasi baby boomers lahir pada 1946–1964 (kini berusia 58–76 tahun) dan silent generation yang lahir pada 1918–1945 (kini berusia 77 tahun ke atas). 

Golongan usia itu cenderung sudah mapan secara ekonomi sehingga ketika kepercayaan sudah didapatkan, korban dengan mudah mengeluarkan uang untuk ”sosok” idamannya.

Satu komplotan penipuan romansa di Jakarta yang berhasil digulung Kapolsek Gambir Kompol Rezeki R. Respati pada Januari 2025 mengaku bahwa sasaran kelompoknya adalah kalangan menengah ke atas. 

Misalnya, dokter, pengacara, dan notaris. Mereka diajak berinvestasi melalui aplikasi abal-abal dengan dijanjikan keuntungan 10–25 persen.

Pelaku penipuan romansa membangun kepercayaan korban tidak dengan kekerasan, tetapi melalui manipulasi psikologis yang halus dan terencana. 

Pelaku mengirimkan pesan dan menghujani korban dengan kalimat pujian, janji-janji manis, dan penggunaan rekayasa narasi yang sesuai dengan profil korban (Kumalasari & Wijaya, 2024) agar korban percaya dan bergantung kepada pelaku secara emosional sebelum akhirnya diperas secara finansial.

Jangan jemawa karena Anda adalah kaum paruh baya. Sebab, tidak peduli usia, status, atau latar belakang, siapa pun bisa menjadi korban jika tidak waspada. Selalu cek dan ricek jika menerima pertemanan melalui media sosial. 

Kategori :