Kisah cinta Lusi, 23, dan Bagus, 25, dimulai 2015, saat Lusi kelas VII SMPN 2 Karawang, Bagus kelas IX sekolah yang sama. Mereka menikah 2019. Punya anak dua, usia 5 tahun dan 5 bulan. Kamis dini hari, 12 juni 2025, mereka cekcok keras. Bagus menghujani Lusi belasan tikaman ke dada, tewas. Itu disaksikan dua anak mereka. Sungguh akhir memilukan.
CEMBURU tanpa bukti diduga motifnya. Kepala Seksi Humas Polres Karawang Ipda Solikhin kepada wartawan, Jumat, 13 Juni 2025, mengatakan bahwa tersangka Bagus belum bisa banyak bicara. Cuma bicara sedikit. Sebab, ia berusaha bunuh diri setelah membunuh Lusi. Kini ia dirawat di RS.
Ipda Solikhin: ”Kami masih menyelidiki kasusnya. Tersangka masih kritis. Tapi, ia sempat mengatakan, motifnya itu (cemburu).”
Cemburu diyakini sebagai salah satu tanda cinta. Namun, cemburu buta menghasilkan serangan membabi buta, seperti di kasus tersebut. Untuk memahami konstruksi perkara, berikut ini kisah mereka:
Lusi Setyo Pebiani lahir di Adiarsa, Karawang Barat, Jabar, 2002. Sejak usia 3 tahun dia yatim piatu. Ibunda meninggal, ayahanda pergi entah ke mana. Dia dirawat kakek-nenek dari pihak ibu di Adiarsa.
Kakek Lusi, Endi Junaedi, 70, kepada wartawan menceritakan: ”Lusi belum mengerti apa-apa waktu ditinggal ibunya meninggal dan ayahnya pergi. Lalu, saya rawat, saya sekolahkan.”
Lusi ternyata cerdas. Prestasi sekolahnyi bagus.
Endi: ”Mulai SD, SMP, sampai lulus SMK, dia selalu ranking satu sekolah. Cuma waktu di SD dia ranking dua. Dia pintar dan tekun belajar.”
Di SMPN 2 Karawang itulah Lusi kenal Bagus Setiyojati, kakak kelas yang tertarik pada kecerdasan Lusi. Mereka kemudian akrab.
Teman SD Lusi, yang juga sama-sama masuk SMPN 2, Nahniatul Alfitri, kepada wartawan mengatakan: ”Lusi dan Bagus pacaran saat kami satu sekolah di situ. Bagus dua tingkat di atas kami.”
Pacaran mereka kian getol pada 2007. Waktu itu lagu karya Ungu, berjudul Cinta Dalam Hati, baru dirilis. Lirik lagunya (pada reff) begini:
Ku ingin kau tahu, diriku di sini menanti dirimu
Meski kutunggu hingga ujung waktuku…
Teman-teman Bagus dan Lusi tahu pacaran itu. Meski cuma cinta remaja yang biasa putus-nyambung. Kenyataannya, cinta mereka berlanjut. Sampai Lusi lulus SMKN 2 Karawang, dia ranking satu.
Namun, entah mengapa, Lusi tidak mengurus kesempatan beasiswa kuliah. Dia pilih bekerja di pabrik spare part mobil di Karawang International Industrial City (KIIC). Mungkin dia merasa tidak ingin memberatkan sang kakek jika kuliah sehingga pilih bekerja.