"Versi kedua, diceritakan bahwa kamar Soekarno dulu ada di lantai 2. Cerita itu bersumber dari keterangan pemilik rumah setelah Tjokroaminoto. Pemilik rumah itu pernah diajak mengobrol secara langsung dengan Bung Karno,” tutur Harrys.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (2): Tumpeng yang Bikin Gemetar
Ia menyebut bahwa cerita itu diperkuat dengan keterangan masyarakat dan tokoh sekitar. Mereka menyebut tidak pernah melihat bangunan di sisi belakang rumah Tjokroaminoto. Terlepas dari versi mana yang benar, yang jelas Bung Karno pernah indekos di tempat tersebut.
Dua pengunjung Museum H.O.S. Tjokroaminoto berfoto dengan latar foto-foto bersejarah.-Dokumen Harian Disway-HARIAN DISWAY
Orang tua Bung Karno adalah sahabat dari Tjokroaminoto. Soekarno diperkirakan lahir di Pandean, Peneleh, Surabaya.
Tetapi, sempat berpindah-pindah tempat tinggal. Dari satu kota ke kota lainnya. Mengikuti penugasan ayahnya sebagai guru.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (1): Warisan Abadi Spirit Bung Karno
Anda sudah tahu, Soekeni, ayah Soekarno, bekerja sebagai guru. Ia kerap dipindahtugaskan. Beberapa kota tempatnya bekerja: Bali, Surabaya, Mojokerto, Jombang, Kediri, Blitar. Soekarno lahir pada 6 Juni 1901. Tiga tahun setelah ayahnya dipindahtugaskan dari Bali ke Surabaya.
Bung Karno lahir di Kota Pahlawan. Dari kota itu pula ia mulai belajar berpolitik. Berorasi. Hingga melahirkan pemikiran-pemikiran yang mampu membebaskan tanah air dari belenggu penjajah.
Setelah dewasa, ayahnya memerintahkan Soekarno untuk sekolah di Europesche Lageere School (ELS). Setelah lulus, Sang Putra Fajar melanjutkan sekolah di Hoogere Burger School (HBS) di Surabaya. Saat menempuh pendidikan tersebut, ia tinggal di rumah kos Tjokroaminoto.
BACA JUGA:Ziarah Makam Bung Karno Bersama Wapres Gibran, Khofifah Ajak Teladani Semangat Nasionalisme
Museum H.O.S. Tjokroaminoto, tempat Bung Karno menyemai ide-idenya tentang politik pergerakan menuju Indonesia Merdeka.-Dokumen Harian Disway-HARIAN DISWAY
Di kos Tjokroaminoto, Soekarno melahap buku-buku milik bapak kosnya itu. Kala itu, Tjokroaminoto adalah tokoh besar. Punya peran penting dalam dunia politik dan pergerakan. Bahkan jurnalistik. Tjokroaminoto pernah menjadi wartawan di Bandung.
“Tjokroaminoto kemudian menjadi bagian dari organisasi Sarekat Dagang Islam. Setelah itu, kepemimpinan dari Sarekat Dagang Islam diambil Tjokroaminoto dan dibawa ke Surabaya. Pada 1916, anggota Sarekat Islam itu berjumlah 15 juta,” ujar Kuncarsono Prasetyo, pegiat sejarah Komunitas Begandring Soerabaia.
Dari rumah itulah awal mula Soekarno berinteraksi dengan tokoh penting. Ia menimba ilmu tentang organisasi politik dan jurnalistik.