Waspadai Dampak Oversharing dan Cara Mengatasinya

Rabu 25-06-2025,20:00 WIB
Reporter : Angelica Sanjaya*
Editor : Guruh Dimas Nugraha

HARIAN DISWAY - Di tengah era digital saat ini, berbagi cerita pribadi menjadi hal yang lumrah.

Namun, ada kalanya keterbukaan berubah menjadi oversharing. Yakni kebiasaan membagikan informasi secara berlebihan.

Itu justru merugikan diri sendiri dan orang lain. Berikut penyebab, dampak, dan cara mengatasi oversharing.

BACA JUGA:Komunitas Marah-Marah di X, Ruang Curhat atau Jadi Pemicu Konflik?

Mengenal Oversharing

Oversharing adalah perilaku membagikan informasi pribadi secara berlebihan. Terutama pada waktu, tempat, atau kepada audiens yang tidak tepat.

Fenomena itu bisa terjadi dalam percakapan langsung maupun melalui media sosial. Misalnya, mengunggah curahan hati yang emosional di internet tanpa mempertimbangkan siapa saja yang akan melihatnya.

Ciri utama oversharing adalah ketidakmampuan untuk membedakan mana informasi yang pantas dibagikan. Juga mana yang seharusnya disimpan untuk diri sendiri atau lingkungan terdekat.

BACA JUGA:Bahaya Over-sharing dalam Hubungan Awal

Itu bukan tentang seberapa banyak kita berbicara. Melainkan bagaimana kita menyaring dan menyesuaikan informasi dengan konteks dan audiens.

Mengapa Seseorang Oversharing?


Di balik percakapan yang tampak akrab, tersimpan kemungkinan adanya dorongan psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan oversharing. -Rido-

Kebiasaan itu biasanya berakar pada dorongan psikologis tertentu, antara lain:

  • Keinginan membangun koneksi secara instan.
  • Kebutuhan akan validasi dari orang lain.
  • Rasa kesepian yang memicu keinginan untuk ‘didengar’.
  • Kecemasan sosial, ketika seseorang cenderung berbicara terlalu banyak untuk meredakan rasa gugup.
  • Trauma masa lalu yang belum terselesaikan, sehingga mendorong seseorang untuk terus-menerus membicarakannya.

BACA JUGA:Alasan Lebih Nyaman Curhat di Media Sosial

Dampak Oversharing

Kebiasaan berbagi berlebihan bisa membawa sejumlah konsekuensi negatif, seperti:

  • Menimbulkan ketidaknyamanan dan merusak hubungan interpersonal.
  • Menurunkan kesehatan mental, seperti munculnya rasa malu dan penyesalan setelah berbagi.
  • Membuka peluang kejahatan digital, seperti pencurian identitas atau pelecehan daring.
  • Merusak reputasi profesional, terutama jika oversharing terjadi di media sosial yang dapat diakses oleh rekan kerja atau perekrut.

BACA JUGA:Curhat dan Dampaknya untuk Kesehatan Mental, Jangan Pendam Sendirian

Cara Mengatasi Oversharing

Menghentikan kebiasaan itu tidak berarti menjadi tertutup. Sebaliknya, itu adalah upaya membangun komunikasi yang lebih sehat. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

  • Bangun kesadaran diri: Kenali pemicu yang membuat Anda ingin berbagi berlebihan. Latih diri Anda untuk mengambil jeda sebelum berbicara atau mengunggah sesuatu.
  • Tentukan batasan pribadi: Buat daftar hal-hal yang tidak ingin Anda bagikan kepada sembarang orang. Bedakan informasi yang pantas untuk teman dekat dan mana yang hanya untuk keluarga inti.
  • Kelola privasi digital: Gunakan pengaturan privasi di media sosial, hindari membagikan informasi sensitif seperti lokasi atau data identitas.
  • Salurkan ekspresi melalui cara yang sehat: Menulis jurnal, menekuni hobi kreatif, atau berbicara dengan orang yang dipercaya bisa menjadi alternatif untuk menyalurkan emosi.
  • Pertimbangkan bantuan profesional: Jika oversharing disertai kecemasan berat atau perasaan tak terkendali, konsultasi dengan psikolog bisa menjadi solusi bijak.
Kategori :