Muhammad sang Negarawan

Minggu 29-06-2025,04:33 WIB
Reporter : Dhimam Abror Djuraid
Editor : Yusuf Ridho

Periode hijrah Muhammad di Madinah hanya sepuluh tahun. Namun, dalam masa singkat itu, Muhammad dengan cepat melakukan konsolidasi internal dengan memperkuat fondasi keimanan dan tatanan sosial kemasyarakatan.

Wahyu Al-Qur’an yang turun pada periode Madinah mengatur tata cara hubungan sosial dan kemasyarakatan, termasuk tata cara politik dalam menghadapi musuh yang terdiri atas orang-orang kafir, musyrik, dan Yahudi. 

Pada periode Makkah, ayat-ayat Al-Qur’an yang turun lebih banyak mengatur penguatan tauhid Islam. Sebab, ketika itu umat Islam adalah minoritas yang tertindas.

Musuh-musuh Muhammad di Makkah tidak membiarkannya membangun basis kekuatan politik di basisnya yang baru di Madinah. Maka, satu tahun setelah Muhammad hijrah, koalisi besar suku-suku di Makkah berkumpul untuk melakukan serangan besar terhadap Madinah.

Koalisi itu berhasil mengumpulkan seribu tentara bersenjata lengkap, termasuk pasukan berkuda dan pasukan pemanah. 

Dalam tradisi perang di Jazirah Arab, seribu tentara adalah jumlah yang sangat besar. Sebab, umumnya perang waktu itu terjadi antarsuku atau kabilah dengan tentara puluhan saja.

Negara baru Madinah belum mempunyai tentara profesional untuk menghadapi serangan dari Makkah. Dengan persiapan cepat, kaum muslimin mengumpulkan sekitar 300 orang untuk dilatih kilat menjadi milisi.

Pasukan milisi muslim menyongsong pasukan Makkah di daerah Badar, di luar Kota Medinah. Pertempuran Badar akan menentukan masa depan perkembangan umat Islam. 

Kekalahan akan berpotensi memusnahkan umat Islam dan kemenangan akan membawa keuntungan besar bagi kaum muslimin. 

Kekayaan logistik yang dibawa pasukan Makkah dalam bentuk unta, kuda, hewan piaraan, dan persenjataan akan menjadi pampasan perang yang sangat penting bagi pasukan muslim.

Keesokan harinya perang besar terjadi. Pasukan Makkah terkejut oleh keberanian pasukan muslim yang merangsek tanpa kenal rasa takut.  Pasukan muslim memenangkan pertempuran paling penting dalam sejarah perkembangannya.

Dalam waktu singkat, pasukan kafir Makkah melakukan konsolidasi dan bersiap melakukan serangan balas dendam. Pertempuran berikutnya terjadi di Bukit Uhud. Kali ini pasukan Islam sudah lebih berpengalaman dan persenjataan sudah lebih baik. 

Namun, rupanya kemenangan Badar membuat pasukan Islam lengah dan mengabaikan komando Rasulullah untuk tetap bersiaga mempertahankan posisi pasukan pemanah di Bukit Uhud yang strategis. 

Pasukan lawan kemudian menguasai bukit dan memukul pasukan Islam. Pasukan Islam pun terpukul mundur.

Kekalahan itu sangat menyedihkan Rasulullah. Namun, kekalahan tersebut sekaligus menjadi pelajaran penting untuk melakukan konsolidasi. Pada perang-perang berikutnya, pasukan muslim jauh lebih solid dan berpengalaman. 

Selama sepuluh tahun periode Madinah, Rasulullah hampir setiap tahun memimpin langsung peperangan dengan terjun di tengah pasukan.

Kategori :