Diakhiri begini: ”Kita enggak boleh munafik. Kalau kita memang enggak sanggup merawat orang tua kita, kan kita enggak tahu masalah Ibu-Ibu ini (SR dan F). Jadi, Ibu ini sengaja menitipkan ke sana biar mendapat perawatan yang lebih maksimal. Bukan membuang.”
Dari unggahan Purnomo itu, jelaslah latar belakang masalahnya.
Masalah itu memang dilematis universal. Seperti dikutip dari Forbes, 11 Februari 2025, berjudul Dilemma: Do You Owe Caregiving To A Parent Who Wasn’t A Good Parent?.
Di sana dibuka dengan kalimat begini: Beberapa orang tua melakukan tugasnya dengan baik atau setidaknya cukup baik. Beberapa tidak.
Bagi anak-anak dewasa yang tidak mendapatkan pengasuhan ortu yang memadai, mungkin akan tiba saatnya untuk membuat keputusan yang menantang: haruskah mereka merawat orang tua yang sudah lanjut usia yang pada masa lalu tidak hadir secara emosional, kasar, atau lalai di masa kecil Anda?
Kalimat pembuka itu bergaya Amerika Serikat (AS) yang terbuka (terus terang) dan menantang.
Ternyata, pandangan masyarakat di sana yang dimuat Forbes beragam. Ada yang menitipkan ortu ke panti jompo. Ada juga yang tetap merawat ortu meski dahulu si ortu kurang mengurus si anak.
Contoh kasus. Seorang perempuan profesional bidang keuangan (sebut saja FP) berusia setengah baya punya ”ibu yang mengerikan”.
Dia mengatakan, dia masih menanggung luka emosional dari pelecehan ibunya sepanjang masa kecilnya dulu. Dia anak tunggal. Dia mencoba selama bertahun-tahun agar ibunya, yang jelas-jelas dia benci, membuat rencana ke depan dan menggunakan keuangannya dengan bijak.
Ibu tidak mendengarkan. Ibu kehabisan dana.
Apakah FP ingin mendukung ibunya saat dia mengalami demensia dan tidak mampu mengurus diri sendiri?
FP memutuskan, tidak. Dia meminta petugas pemerintah membantu mengajukan perwalian bagi ibunyi, berhasil. Ibu mendapatkan Medicaid. Itu lembaga negara yang membiayai lansia untuk ditempatkan di panti jompo.
Si anak mengatakan, dia merasa lega karena terbebas dari tugas merawat ibunyi. Dia tidak ingin berhubungan lagi dengan ibunyi. Dia tidak merasa bersalah sama sekali. Itu kisah sedih, tetapi nyata.
Contoh lain, di AgingParents.com, sebuah keluarga terdiri atas enam saudara kandung juga mengalami penganiayaan serius oleh ibu mereka di masa kecil mereka, dulu. Kini ibu mereka berusia 80 tahun dan sakit-sakitan.
Mereka tidak menjelaskan secara terperinci penganiayaan itu. Si ibu, janda, tidak pernah bersikap baik kepada anak-anak, sangat mengabaikan mereka, dan semua anak tumbuh dengan harus berjuang sendiri.
Akhirnya, dua di antara enam anak memutuskan bahwa mereka secara bergantian merawat ibunda. Membawa ibunda ke rumah keluarga mereka meski dua anak itu sama-sama bekerja. Ibunda dirawat secara bergantian.