Topi tersebut bernama Nousagi Hat. Sebuah aksesori berbentuk kelinci lengkap dengan dua wortel di atasnya. Lucu? Jelas. Tapi topi ini juga berguna—memperlambat penyusutan stamina Sam saat digunakan dalam perjalanan.
Untuk mendapatkannya, pemain hanya perlu menyelesaikan beberapa pengiriman tambahan atau mengembalikan barang hilang ke Pekora. Intinya, bangun hubungan hingga dua bintang. Setelah misi terakhir diselesaikan, Pekora akan secara otomatis mengirimkan hadiah tersebut.
Namun bukan itu saja yang membuat topi ini ikonik. Ketika Sam mengenakan Nousagi Hat, ia akan secara acak meneriakkan “Peko!” di berbagai situasi: ketika menjatuhkan musuh, menyapa porter lain, atau bahkan saat melompat dari batu ke batu.
Tak ada manfaat nyata dari jeritan itu. Tapi seperti kata Kojima: tak semua hal dalam hidup harus berguna. Terkadang, cukup membuatmu tersenyum.
BACA JUGA:5 Game PS1 yang Masih Asik Dimainkan di Emulator: Dari Final Fantasy hingga Digimon World 3
BACA JUGA:Death Stranding, Gim Epik Tentang Kang Paket Terinspirasi dari Pandemi Covid-19
Kehadiran Usada Pekora di Death Stranding 2 memperlihatkan bahwa Kojima belum kehilangan sentuhan absurdnya. Dalam dunia yang penuh ketegangan, ia selalu tahu cara menyisipkan humor dan keanehan. Kehadiran Pekora adalah penyeimbang dari kelamnya dunia pasca-kiamat.
Lebih dari itu, kolaborasi ini menjadi simbol persilangan budaya modern. VTuber—ikon hiburan digital masa kini—mendapat panggung dalam narasi game AAA. Bukan sebagai tempelan, tapi bagian dari cerita.
Kita bisa menertawakan keanehan ini. Tapi di balik tawa “peko!”, ada pesan bahwa dunia digital sedang berkembang ke arah yang lebih cair. Batas antara karakter fiksi, budaya pop, dan narasi video game kian kabur.
Dan dalam kekaburan itu, seorang pengantar dengan topi kelinci berlari di atas gurun Australia, mengantar pizza penuh rahasia. Peko! (*)