Beberapa sindrom genetik seperti kanker lambung difus herediter (HDGC) juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan kanker lambung. Bahkan di usia muda.
BACA JUGA:Sejarah Hari Kanker Sedunia dan Tip untuk Mencegah Kanker
Diagnosis kanker lambung dimulai dengan endoskopi (gastroskopi) dan biopsi pada jaringan lambung, dilanjutkan dengan pencitraan seperti CT scan untuk mengetahui sebaran penyakit.
Namun, jika sudah stadium lanjut seperti dialami Kang Seo‑ha, opsi yang tersedia mencakup kemoterapi, radioterapi, target terapi, hingga imunoterapi. -@yewonyewoni-Instagram
Jika terdeteksi dini (stadium I), operasi pengangkatan tumor (gastrektomi) dapat menyembuhkan sebagian besar kasus.
Namun, jika sudah stadium lanjut seperti dialami Kang Seo‑ha, opsi yang tersedia mencakup kemoterapi, radioterapi, target terapi, hingga imunoterapi, dengan tujuan utama memperlambat laju penyakit dan meningkatkan kualitas hidup.
BACA JUGA:Anggya Juwita Rachman, Finalis Puteri Indonesia Jawa Timur 2025, Peduli Anak Kanker Lewat 101Miracle
Tingkat kelangsungan hidup sangat bervariasi. Bergantung stadium saat diagnosis. Di negara maju dengan program screening rutin seperti Korea dan Jepang, tingkat kelangsungan hidup stadium awal dapat mencapai 80-90 persen. Sedangkan stadium selanjutnya hanya berada di bawah 5 persen.
Kepergian Kang Seo‑ha membuka peringatan keras bahwa kanker lambung bisa menyerang siapa pun. Termasuk generasi muda.
Perjuangan yang dia lalui menjadi panggilan bagi kita semua agar lebih sadar terhadap gejala pencernaan yang mengganggu.
BACA JUGA:Vaksin Kanker Rusia dengan Teknologi mRNA dan AI, Siap Diluncurkan Tahun 2025
Dengan pola hidup sehat, skrining awal, dan penanganan medis yang tepat, penyakit itu tidak selalu harus berakhir tragis.
Semoga cerita Kang Seo‑ha membangkitkan kesadaran baru untuk memeriksakan diri lebih awal jika mengalami gangguan-gangguan terkait lambung. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka Surabaya.