Lereng Arjuno. Di balik serunya perjalanan penuh tanjakan curam dan mogok mendadak, tersimpan cerita perubahan lanskap pertanian: apel yang dulu berjaya, kini mulai tergeser oleh jeruk. Kota Batu perlahan menghadapi identitas baru. Menuju Kota Jeruk.
Decit roda Jeep Willys yang kami tumpangi megal-megol. Mengindari jalan berlumpur dan berbatu di lereng Arjuno, di Desa Bulukerto, Kota Batu, Sabtu, 17 Juli 2025.
Jalan setengah basah, cengkeraman roda jeep pun harus bersusah payah melalui jalan menanjak. "Tiga hari lalu hujan. Jadi, jalannya masih lumayan licin," kata Hari Mei, 63, driver jeep yang kami tumpangi.
BACA JUGA:Spot Foto Estetik di Ladang Bunga Matahari Kota Batu
Mendengar suara decit roda dan mobil yang bergoyang ke kiri dan ke kanan mencari pijakan, kami pun tegang. Hari melihat wajah kami itu melalui kaca spion tengah. Hanya ia seorang diri yang terlihat tenang.
Hari Mei, driver handal yang membawa kami menyusuri Jalur Jengkoang.-Edi Susilo-HARIAN DISWAY
Ia meliukan setirnya. Roda Jeep menyusuri jalanan sempit yang sebagian jalurnya berdampingan dengan jurang. "Kalau jalur ini hitungannya tak terlalu susah," katanya, kemudian tertawa.
Momen itu saya rasakan pada Sabtu, 12 Juli 2025. Ketika itu saya bersama sekitar 70 rekan media mengikuti kegiatan Capacity Building and Media Gathering. Diselenggarakan Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jawa Timur.
BACA JUGA:6 Wisata di Kota Batu Ini Menyediakan Promo Ramadan 2025, Ada Potongan Separuh Harga!
Kami diajak menyusuri lereng Gunung Arjuno lewat jalur Jengkoang. Total terdapat 23 jeep yang mengangkut kami semua.
Di wilayah Batu, setidaknya ada 10 jalur wisata jeep yang bisa dipilih wisatawan. Empat di antaranya: jalur Coban Putri, Coban Rondo, Bangsreng, dan Jengkoang.
Jalur Jengkoang memiliki rute sepanjang 20 kilometer. Ditempuh dalam waktu 2,5 jam. Jalanan bervariasi. Menurun dan menanjak dengan kemiringan 15-30 derajat.
BACA JUGA:Ekspedisi 79 Tanam 79 Pohon Cemara di Gunung Arjuno
Mobil jeep sempat ngoyo atau tertatih-tatih ketika melintasi tanjakan sebelum mencapai titik puncak jalur Jengkoang. "Tenang, tenang. Masih aman," kata Hari.
Sampai ke bukit Jengkoang, kami rehat sejenak warung kopi Putuk Gede. Sambil minum kopi robusta khas lereng Arjuno. Juga memamah pisang goreng. Kudapan hangat yang sedikit membantu mengusir hawa dingin.