Korea Selatan Mulai Copot Speaker Propaganda di Perbatasan

Selasa 05-08-2025,18:22 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

Pemerintahan baru di Seoul lepas pengeras suara perbatasan demi redakan tensi dengan Korea Utara. Tapi, benarkah Pyongyang siap mendengar?

KAWASAN perbatasan Korea Selatan-Korea Utara kembali sunyi. Setelah bertahun-tahun dipenuhi suara K-pop dan siaran berita internasional yang dikumandangkan ke utara, kini pengeras suara itu resmi dilepas.

Mulai Senin, 4 Agustus 2025, militer Korea Selatan mulai mencopot perangkat pengeras suara yang selama ini dipasang di zona demiliterisasi (DMZ). Pencopotan itu, menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Lee Kyung-ho, bertujuan mengurangi ketegangan dengan tetangganya yang kerap meledak-ledak.

“Tapi, ini tidak akan mengurangi kesiapan militer kami,’’ ujar Lee dalam konferensi pers di Seoul. 

BACA JUGA:Banjir dan Longsor Terjang Korea Selatan, 18 Orang Tewas dan Ribuan Orang Mengungsi

BACA JUGA:Demo Mahasiswa dan Dokter Muda di Korea Selatan yang Akhirnya Bubar

Semua pengeras suara, yang tak disebut jumlah pastinya, ditarget rampung dibongkar akhir pekan ini. Yonhap News Agency menyebut ada sekitar 20 unit. Namun pihak kementerian menolak mengonfirmasi angka itu.

Foto-foto yang dirilis Kementerian Pertahanan memperlihatkan prajurit berseragam tempur lengkap sedang menurunkan dan mengemas set pengeras suara itu dari pos militer. Lokasinya dirahasiakan.

Aksi simbolik itu jadi bagian dari pendekatan baru Presiden Lee Jae-myung dalam meredam ketegangan lintas zona.

Lee yang baru menjabat Juni lalu langsung memerintahkan penghentian siaran propaganda ke Utara. Tujuannya, kata Lee, untuk “memulihkan kepercayaan”.


SPEAKER RAKSASA yang mulai dilepas rangkaiannya oleh tentara Korea Selatan di salah satu lokasi yang dirahasiakan.-SOUTH KOREAN DEFENCE MINISTRY VIA AFP-

Sejak itu, suara-suara aneh dari sisi utara perbatasan, yang sebelumnya dikirim Pyongyang sebagai balasan, ikut lenyap. Siaran yang “mengganggu warga” itu pun resmi berhenti hanya sehari setelah Korea Selatan mematikan speakernya.

Langkah Lee menandai perubahan besar dari kebijakan keras pendahulunya, Yoon Suk-yeol. Di bawah Yoon, Seoul terang-terangan meladeni provokasi Pyongyang. Ketika aktivis Korea Selatan mengirimkan balon berisi selebaran anti-Kim Jong-un ke utara. Pyongyang membalas dengan ribuan balon sampah ke selatan.

Yoon pun merespons dengan menghidupkan kembali siaran propaganda melalui speaker raksasa. Yang diputar adalah lagu-lagu K-pop dan berita luar negeri. Tak butuh waktu lama, Korea Utara balik menyerang secara psikologis: menyebar suara-suara aneh yang membuat warga perbatasan di Selatan resah.

Kini, Lee memilih pendekatan berbeda. Ia bahkan meminta kelompok sipil di Korea Selatan untuk menghentikan aksi penyebaran selebaran ke wilayah utara. ’’Demi menjaga perdamaian dan keselamatan warga di wilayah perbatasan,” ujar Koo Byung-sam, juru bicara Kementerian Unifikasi, Senin kemarin.

Kategori :