Londo Ireng sang Penjajah Sejati

Minggu 10-08-2025,23:54 WIB
Oleh: Benni Setiawan*

Londo ireng kehilangan nuraninya. Ia tidak lagi berdiri di atas ilmu. Baginya, berkuasa adalah saat yang tepat untuk mengeruk seluruh kekayaan alam dan sumber daya manusia. 

Artinya, semua hal harus berada dalam kuasa korupnya. Manusia sebagai makhluk merdeka pun dianggap sebagai budak yang bisa diperas dengan akal culasnya. 

Londo ireng terus menebar ancaman kepada warga. Warga baginya adalah musuh yang harus dihabisi dan dikeruk manfaatnya jika masih ada. Londo ireng lupa bahwa kekuasaan itu ada batasnya. Ada konstitusi yang membatasi sampai lima atau sepuluh tahun. Jika memang konstitusi tidak mampu mengingatkan mereka, kematian adalah sebuah tanda yang jelas. 

Ironisnya, londo ireng tidak peduli pada kematian, apalagi konstitusi. Londo ireng itu terus menghancurkan sendiri bangsa untuk memuaskan nafsu berkuasanya. Nafsu berkuasa itulah yang menghancurkan semua. 

SULUH KEPEMIMPINAN

Memimpin itu seharusnya bertindak laksana suluh. Suluh yang menyinari dengan keteduhan dan laku kepemimpinan. Memimpin itu meninggalkan jejak peradaban, bukan malah merusaknya dengan tangan kejam. 

Tangan kejam itu adalah lukisan kezaliman yang akan terus diingat sejarah peradaban manusia. Tangan kejam itu suatu saat akan berbalik dan menghunjam serta menghukum mereka. 

Gusti Allah mboten sare. Hukuman bagi mereka yang berbuat buruk akan datang. ”Saya cuma meyakini bahwa pasti, absolut, mutlak, orang yang berbuat baik mendapat kebaikan dari Allah, orang yang berbuat jahat akan mendapat hukuman dari Allah, pasti, absolut,” kata Cak Nun dengan penuh semangat dalam channel YouTube CakNun.com Saya Yakin Hukum Allah Akan Berlaku | Ngobrol Asyik Anak & Bapak #9. 

Shodaqta Cak Nun. Saya mengamini dan meyakini hal yang sama. Orang baik akan mendapat kebaikan dari Allah. Tentu Allah mempunyai mekanisme untuk kebaikan itu. Orang jahat juga demikian, Allah akan mengazab mereka yang melakukan keburukan di muka bumi. 

Azab itu tidak hanya di akhirat, tetapi bisa juga terjadi di dunia. Akan tetapi, sekali lagi perlu kerja kolektif agar londo ireng itu mendapat hukumannya. Orang-orang baik tidak boleh terdiam termangu melihat kondisi. Menyuarakan ketidakberesan, perlu menjadi agenda bersama. 

Suara perlawanan perlu terus tersiar melalui banyak kanal. Berdiam diri melihat kezaliman sama artinya kita membenarkan kejahatan. 

Kejahatan itu pun terus bertumbuh. Ironisnya, saat kejahatan terus menampakkan wajahnya, ia dapat berubah menjadi kebenaran. Kebenaran akan kalah saat kejahatan terbungkus oleh topeng yang terus tertampakkan dalam realitas sosial. 

Tentu ini bukan yang kita inginkan. Maka, mengasah keberanian dan kesatuan langkah (jamaah kebenaran) menjadi utama.

Pada akhirnya, petuah bijak Bung Karno tampaknya perlu mendapat makna. Bung Karno pernah berwasiat, ”Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”. Melawan londo ireng memang perlu strategi dan keberanian. 

Keculasan, kebiadaban, dan kerusakan londo ireng perlu kita hentikan segera agar kondisi bangsa dan negara ini tidak makin gawat, sebagaimana yang disinyalir Sukidi. (*) 

*) Benni Setiawan adalah dosen Universitas Negeri Yogyakarta dan peneliti Maarif Institute. 

Kategori :