Hari Filsafat Sedunia 20 November 2025, Memahami Pentingnya Filsafat bagi Anak Muda
Patung salah satu tokoh filsuf Yunani, Socrates.-araelf-iStock
HARIAN DISWAY - Setiap tahun, pada hari Kamis ketiga bulan November, dunia merayakan Hari Filsafat Sedunia (World Philosophy Day) yang digagas UNESCO. Pada tahun ini, jatuh tepat pada 20 November.
Momen itu menjadi sebuah kesempatan untuk berpikir bebas namun tetap memiliki landasan jelas. Salah satunya terkait tantangan besar zaman kini yang membutuhkan sistem pemikiran filsafati.
Sebab, dilansir unesco.org, filsafat berfungsi sebagai disiplin sekaligus praktik hidup. Filsafat dapat menginspirasi dialog antarbudaya, mendorong pemikiran rasional, bahkan membangun masyarakat yang lebih toleran.
Melalui filsafat, kita menjadi lebih sadar akan kompleksitas realitas. Juga belajar merespons isu besar dengan pola pikir kritis dan reflektif.
BACA JUGA:Reza Rahadian Buat Karya Seni Eudaimonia di ARTJOG 2025, Terinspirasi dari Filsafat Yunani Kuno
BACA JUGA:Ketidakpastian Dunia dan Isinya: Perspektif Filsafat Agama
Mengapa Ilmu Filsafat Penting untuk Pemuda Indonesia
1. Sebagai Fondasi Berpikir
Seperti bangunan. Butuh fondasi kuat agar tahan lama. Tiap pemikiran pun butuh fondasi. Supaya bisa memberi stabilitas pada opini dan argumentasi.
Anak muda yang berakar pada filsafat tidak mudah goyah oleh pendapat dangkal. Karena ia tahu bagaimana merumuskan gagasan yang tepat sesuai dengan akar pertanyaannya.
Misalnya, dalam diskusi sosial atau debat kebijakan, pemuda yang akrab dengan filsafat mampu menyusun argumen berdasar prinsip. Bukan sekadar reaksi emosional.
2. Sebagai Cara Berpikir
Di sekolah, sering kali kita diajarkan rumus dan metode yang baku dan mekanis. Padahal, untuk membangun masa depan, cara berpikir yang dibutuhkan adalah logis, kritis, kreatif, dan dinamis.
BACA JUGA:Program Makanan Bergizi; Perspektif Filsafat Marxisme dalam Kebijakan Pangan
BACA JUGA:Filsafat Harapan dalam Perjuangan Panjang Wong Cilik Hidupkan Ratu Adil
Filsafat seperti Madilog atau Materialisme, Dialektika, dan Logika oleh Tan Malaka menawarkan kerangka berpikir yang menyatukan Logika, perubahan, dan analisis matematika.
Melalui pendekatan itu, pemuda dapat belajar tidak hanya menerima apa adanya. Tetapi juga “mengapa” dan “bagaimana” sesuatu terjadi atau berubah.
3. Sebagai Pola Berpikir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: