Kasus Lambat Bicara (Speech Delay) yang Dialami Anak-Anak: Orang Tua Telat, Penanganan Lambat

Senin 11-08-2025,13:07 WIB
Reporter : Edi Susilo
Editor : Noor Arief Prasetyo

Namun, kondisi itu kerap membuat orang tua lupa. Bahwa gadget pun ada minusnya. Gawai tak membantu anak untuk berlatih komunikasi dua arah. Orang tua, baru menyadari perkembangan bicara anak lambat memasuki usia sekolah. 

Keterlambatan deteksi itu, membuat penanganan speech delay lewat terapi membutuhkan kerja keras. Anak yang dibawa ke terapi di usia lima tahun, progres perkembangan wicaranya akan lebih lambat. Berbeda dengan anak yang sudah menjalani terapi di usia dua tahun. Perkembangan wicaranya lebih cepat. 

Terkait masalah itu, Ivana menyarankan agar orang tua lebih aware dengan kondisi sang buah hati sejak dini. Di usia satu tahun, misalnya. Orang tua harus sadar, bahwa di usia saat itu, sudah seharusnya bisa bubbling. Mengeluarkan kata singkat. Seperti: Pa...pa...pa... Ma…ma…ma...

Sementara di usia dua tahun, anak minimal bisa menyebut dua kata saat berbicara. Jika orang tua memiliki anak yang tak bisa melakukan komunikasi sederhana tersebut, maka harus segera melakukan terapi dan mendapat penanganan. "Semakin terlambat, semakin susah," katanya. 

Dokter Rehabilitasi Medik RS Menur Ikhwan Muhammad mengatakan, tren anak yang mengalami speech delay dan membutuhkan terapi terus naik saat ini. Dari Januari-Juli 2025, tercatat ada 4.239 kunjungan untuk terapi wicara dan okupasi di RS Menur.

Tercatat ada 40-50 kunjungan per hari untuk anak yang mendapatkan layanan terapi wicara dan okupasi (gerak-gerik atau aktivitas teratur dalam kegiatan sehari-hari). "Ini karena kesadaran masyarakat, utamanya orang tua mengenai speech delay pada anak meningkat," papar Ikhwan.

Ikhwan memaparkan, keterlambatan bicara terjadi karena beberapa faktor. Dari kondisi klinis bisa dipengaruhi oleh sang anak didiagnosis mengalami autisme, ADHD, hingga slow learner. Sehingga memengaruhi anak memiliki masalah dalam berkomunikasi. Tapi, ada pula speech delay yang dipengaruhi pada faktor eksternal seperti lingkungan.

Kurangnya orang tua mengajak anak berkomunikasi bisa menjadi penyebab keterlambatan bicara. Pengaruh screen time makin memperburuk situasi itu. "Bisa jadi karena orang tua sibuk bekerja," katanya.

Situasi minimnya interaksi dengan lingkungan itu juga terjadi saat anak ketika lahir dan tumbuh di masa pandemi. Pembatasan aktivitas membuat kesempatan anak mengenal lingkungan luar menjadi terbatas.

Pola asuh di masa pandemi, juga memburuk. Karena faktor ekonomi orang tua yang tak stabil. Anak, memang punya kesempatan banyak bertemu dengan orang tua di rumah saat pandemi. 

"Tapi apakah berarti komunikasi mereka intens? Belum tentu," kata Ikhwan. Orang tua memang di rumah, tapi mereka tetap bekerja lewat daring. Potensi screen time juga menjadi tinggi selama pandemi. (*)

Kategori :