HARIAN DISWAY - Pernikahan kerap dipandang sebagai simbol kedewasaan dan awal kehidupan “sesungguhnya.” Dulu, menikah di usia awal 20-an adalah hal yang dianggap wajar, bahkan menjadi salah satu pencapaian hidup yang diharapkan oleh keluarga maupun masyarakat.
Namun, pemandangan itu kini mulai bergeser. Semakin banyak anak muda memilih untuk menunda, atau bahkan tidak menempatkan pernikahan sebagai prioritas utama dalam hidup.
Pergeseran ini bukan sekadar soal pilihan pribadi, tetapi juga mencerminkan perubahan cara pandang generasi terhadap komitmen, karier, kebebasan, dan kualitas hidup.
BACA JUGA: Intimate Wedding, Menikah dengan Lebih Personal dan Hangat
Dari sinilah muncul istilah marriage anxiety, sesuatu yang dulu dianggap sebagai fase alami dalam hidup, tetapi kini justru dipertanyakan relevansinya.
Marriage anxiety sendiri merujuk pada perasaan cemas, ragu, atau takut yang muncul ketika memikirkan pernikahan—baik terkait prosesnya, kehidupan setelahnya, maupun konsekuensi jangka panjang yang dibawanya.
Berbeda dengan sekadar “belum siap menikah” yang biasanya bersifat sementara, marriage anxiety cenderung melibatkan pergulatan batin yang lebih dalam dan kompleks.
BACA JUGA: Memahami Tren Marriage is Scary, Mengapa Pernikahan Terlihat Sangat Menakutkan?
Fenomena ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari pengalaman pribadi yang kurang menyenangkan, tekanan sosial, hingga pertimbangan ekonomi yang membuat pernikahan terasa sebagai beban besar.
Trauma masa lalu dapat menyebabkan seseorang takut untuk menikah--
Bagi sebagian anak muda, kecemasan ini bukan sekadar soal menunda waktu, melainkan mempertanyakan apakah pernikahan memang pilihan yang tepat bagi mereka di tengah perubahan nilai dan gaya hidup zaman sekarang.
Dari sini muncul berbagai faktor yang memicu marriage anxiety pada generasi muda, bahkan faktor-faktor tersebut saling berkaitan.
BACA JUGA: Skala Prioritas Pria Setelah Menikah: Menyelaraskan Peran sebagai Anak, Suami, dan Ayah
1. Ekonomi dan Karier
Bagi banyak orang, menikah bukan hanya soal cinta, tetapi juga soal kesiapan finansial. Biaya pernikahan yang terus meningkat, ditambah tuntutan untuk memiliki hunian, tabungan, dan kestabilan penghasilan, membuat banyak anak muda memilih memprioritaskan karier terlebih dahulu.