Dalam pandangan mereka, membangun pondasi ekonomi yang kuat dianggap lebih penting daripada terburu-buru membangun rumah tangga.
2. Trauma dan Latar Belakang Keluarga
Pengalaman masa lalu juga mempunyai pengaruh besar. Anak yang tumbuh di keluarga dengan konflik berkepanjangan, perceraian, atau pola hubungan yang tidak sehat sering kali membawa rasa takut akan mengulang hal yang sama.
BACA JUGA: Mengapa Banyak Anak Muda Masa Kini Menunda Menikah?
Kekhawatiran terjebak dalam toxic relationship membuat mereka lebih berhati-hati, bahkan sampai menghindari pernikahan sama sekali.
3. Gaya Hidup dan Nilai Baru
Perubahan zaman turut membawa pergeseran nilai. Individualisme dan prinsip self-priority semakin kuat, sehingga kebahagiaan pribadi sering diposisikan di atas komitmen jangka panjang.
Ditambah lagi, tren seperti childfree dan narasi “marriage is scary” yang banyak dibicarakan di media sosial ikut membentuk persepsi bahwa menikah bukan lagi jalan yang harus diambil semua orang.
BACA JUGA: Alasan Banyak Orang Menikah di Bulan Syawal
4. Tekanan Sosial yang Berubah
Jika dulu menikah di usia muda dianggap kewajiban sosial dan penentu status, kini sudut pandang itu semakin pudar. Masyarakat mulai menerima bahwa pernikahan adalah pilihan, bukan keharusan.
Akibatnya, tekanan sosial untuk segera menikah jauh berkurang, memberi ruang bagi individu untuk menentukan jalan hidup sesuai keinginan mereka.
Dari berbagai faktor tersebut, fenomena marriage anxiety membawa dampak yang tidak sepenuhnya negatif.
Marriage anxiety tidak sepenuhnya membawa dampak negatif--
Di satu sisi, rasa enggan menikah memberi ruang bagi anak muda untuk fokus membangun diri, mengejar pendidikan, mengembangkan karier, dan mencapai stabilitas finansial sebelum mengambil komitmen besar.
BACA JUGA: Marriage is Scary, Alasan yang Membuat Anda Merasa Takut Saat Menjalani Hubungan Serius