Mereka yang Berjuang Memperbaiki Kualitas Tumbuh Kembang Anaknya: Pilihan Sedikit, Biaya Melangit

Senin 11-08-2025,13:17 WIB
Reporter : Edi Susilo
Editor : Noor Arief Prasetyo

Sudah banyak orang tua yang sadar untuk memperbaiki kualitas tumbuh kembang anaknya lewat terapi. Tetapi, serangkaian keterbatasan masih menghadang.

"Razka, Razka, ayo duduk sini," kata Cahyo, 30, kepada putra semata wayangnya. Pagi itu, Kamis, 24 Juli 2025, Razka sedang berlarian di area tunggu Klinik Gangguan Belajar Instalasi Kesehatan Jiwa dan Anak, Rumah Sakit Menur. 

Sempat diam sejenak di pelukan Cahyo, Razka Airlangga kembali "lepas". Ia berlarian, di area tunggu klinik. Bermain seluncuran, lalu berlarian di antara belasan anak-anak seusianya yang pagi itu juga menunggu jadwal terapi. 

Puas berlarian, Razka menuju alat timbang badan di dekat pintu masuk. Ia melompat-lompat di atas timbangan. Yang membuat jarum penunjuk berat naik turun cepat. "Anaknya memang tak bisa diam, muter-muter terus" kata Cahyo, seraya tertawa. 

BACA JUGA:Kasus Lambat Bicara (Speech Delay) yang Dialami Anak-Anak: Orang Tua Telat, Penanganan Lambat

BACA JUGA:Memahami Penyebab dan Penanganan Speech Delay pada Anak

Pagi itu, Cahyo bersama istrinya ke RS Menur.  Mengantar sang buah hati, jalani terapi mingguan. Terapi wicara dan okupasi. Yang sudah mereka lakoni selama dua tahun. 

Kini, usia Razka sudah menginjak empat tahun. Namun, perkembangan bicaranya masih terbatas. Baru bisa sebut angka 1 sampai 10. Kadang bisa menyebut huruf, namun tak bisa konsisten. "Bisa menyebut, tapi belum bisa diulang" tutur warga Waru, Sidoarjo itu. 

Cahyo, sudah mulai merasa ada yang lain dari putranya sejak menginjak usia dua tahun. Razka belum bisa mengucapkan kata sederhana. Berbeda dengan teman-teman seusianya yang sudah mulai berceloteh. "Saat saya sama istri akhirnya bawa ke pengobatan alternatif," paparnya.

Beberapa tempat sudah dia sambangi. Dengan beragam metode yang unik-unik. Mulai lidah sang anak dipijit, sampai dikerik menggunakan cicin batu akik. Bukannya menjadi lebih baik, Cahyo kasihan melihat sang anak menangis. "Hasilnya tak ada perubahan sama sekali," kisah Cahyo. 


Psikiatri Anak dan Remaja RS Menur dr Ivana Sajogo,SP.KL,Subsp AR(k).-Guistino Obert Lisangan-

Dari sana, Cahyo mendapat rekomendasi dari tetangga. Yang anaknya mengalami masalah serupa, memiliki anak dengan hambatan speech delay. Diminta untuk ke RS Menur. "Saya akhir memilih ke sini. Ya, Alhamdulillah ada perkembangan meski belum banyak," ujar Cahyo.

Kebutuhan mencari terapi anak mengalami speech delay juga dirasakan oleh Agus Dwi Prasetyo. Anak keduanya, M. Aqsa Juang, mengalami masalah keterlambatan bicara sejak dua tahun. 

Sejak saat itu, ia mencari tempat untuk terapi sang anak. Sayangnya, di Madiun, tempat tinggalnya, rumah sakit daerah belum memiliki ruang untuk terapi anak dengan hambatan speech delay. Pilihan terapi wicara di rumah sakit daerah terdekat hanya ada di Solo dan Surabaya. 

"Jadi saya harus pergi ke rumah sakit di Solo," katanya. Harapannya ingin mendapatkan pelayanan lebih baik, dengan fasilitas lengkap. Namun, lantaran harus bolak-balik Solo-Madiun.

Kategori :