CULIT 2025, HIMA MKSB UNAIR Dukung Ruang Berbagai Komunitas Budaya Melalui Seminar Merebut Kembali Kota

Senin 11-08-2025,19:21 WIB
Reporter : Ilmi Bening
Editor : Guruh Dimas Nugraha

Pernah ada kejadian bahwa lukisan mural karya Bonek tiba-tiba hilang dalam semalam. Karena tidak berizin.

BACA JUGA:Unair Dorong Percepatan Sertifikasi Halal Lewat Konferensi Halal Nasional dan Inovasi Riset 2025

Maka, dengan legalnya momen Festival Mural Surabaya, Bonek bisa mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan aspirasi. Juga memberi edukasi melalui lukisan mural pada lokasi yang telah diizinkan.  


Diar Candra Tristiawan memaparkan mural Persebaya. - Subastian Salim - Harian Disway

“Jadi, karya mural dari Bonek ini tidak lagi dihapusi oleh Pemkot Surabaya. Dengan adanya festival mural di Surabaya yang disponsori oleh Citicon, pihak sponsorship juga mendapatkan keuntungan. Selain itu, adanya mural juga turut menambah estetika kota ini,” jelas Diar, yang juga mahasiswa Magister Kajian Sastra dan Budaya UNAIR dalam acara seminar itu. 

Pembicara kedua, Adi Suryo Nugroho, menjelaskan mengenai tantangan fotografi cosplay ala budaya Jepang.

BACA JUGA:HITEX 2025: Unair Pamerkan Riset yang Berdampak

Presentasinya berjudul Fotografi Cosplay dalam Lanskap Perkotaan di Surabaya. Ada beberapa kendala terkait fotografi. Seperti pengadaan lokasi.

Beberapa lokasi tertentu di Surabaya memerlukan izin dari pihak yang berkepentingan. Contohnya, Balai Pemuda, De Javasche Bank, Lagoon Avenue, atau Annyeong Market JMP. 

Tantangan selanjutnya adalah pencahayaan lokasi dan ramainya kerumunan. Kedua tantangan itu terkadang menyulitkan kegiatan photoshoot para cosplayer. Sebab, butuh pencahayaan dan latar belakang foto yang sesuai untuk menghasilkan fotografi estetik. 

BACA JUGA:Rekayasa Jaringan Buatan, Harapan Baru dari Laboratorium Unair

“Namun, lokasi-lokasi di Kota Surabaya memiliki potensi untuk dijadikan lokasi photoshoot dengan berbagai tema yang bervariasi. Sehingga, lokasi kota Surabaya cukup mendukung untuk photoshoot cosplay,” tutup mahasiswa Mahasiswa Magister Kajian Sastra dan Budaya UNAIR yang juga penggemar anime itu. 

HIMA MKSB pun menyediakan kesempatan pembicara ketiga untuk menceritakan budaya Tionghoa dalam seminar yang digelar oleh CULIT. Yakni Kaijun Yin. Ia menerangkan mengenai budaya Tiongkok yang masih lestari dalam berbagai aktivitas kota di Surabaya.  


Kaijun Yin menerangkan Wayang Potehi dalam presentasinya. - Subastian Salim - Harian Disway

Kaijun adalah mahasiswa asal Tiongkok yang mengambil program pembelajaran bahasa Indonesia di UNAIR. Ia memaparkan mengenai beragam budaya Tionghoa yang masih melekat dalam kegiatan warga kota. Bahkan di tengah mal.  

BACA JUGA:Orasi Ilmiah Guru Besar Unair Prof Lilis: Semua Bisa Terpapar Mikroplastik

Kategori :