HARIAN DISWAY – Ada yang bilang, hidup itu panggung sandiwara. Tapi ada kalanya, panggung itu malah kita ciptakan sendiri, Lengkap dengan naskah, kostum, dan senjata busa.
Inilah Live Action Role‑Play atau LARP—permainan peran yang membuat kita benar‑benar berjalan, berbicara, dan bertindak seperti karakter yang kita ciptakan.
LARP lahir dari meja permainan Dungeons & Dragons di tahun 1970‑an. Para pemain yang bosan hanya melempar dadu mulai berpikir: “Bagaimana kalau kita jalani petualangannya langsung?” Dari sinilah komunitas kecil berkembang menjadi fenomena global.
Di Eropa, LARP mengambil bentuk Nordic style yang imersif. Di Rusia, awalnya berupa penggambaran ulang sejarah seperti Pertempuran Borodino. Sementara di Amerika, berkembang dengan sistem aturan yang mirip permainan roleplay di meja.
BACA JUGA:SNF Vol. 3: Ketika Mall Berubah Jadi Arena Perang Abad Pertengahan
BACA JUGA:Perjalanan Dungeons & Dragons (DnD), Game Meja yang Mengubah RPG Modern
Biasanya tema yang diambil untuk bermain LARP adalah abad pertengahan. --academilarp
Tidak ada satu cara tunggal untuk bermain LARP. Ada yang mengandalkan sistem poin dan perhitungan kerusakan layaknya game, ada yang murni improvisasi drama. Lokasinya pun bervariasi—dari hutan, kastil tua, aula sekolah, sampai area terbuka yang disulap jadi desa fantasi.
Karakter bisa siapa saja: penyihir, ksatria, tabib, bahkan pedagang licik yang cuma ingin mengeruk untung di tengah perang. Dalam combat LARP, senjata busa dan perisai menjadi perlengkapan wajib.
Setiap pukulan dihitung, setiap damage diumumkan. Di Nordic LARP, yang ditekankan adalah pengalaman emosional dan narasi mendalam—tanpa dadu, tanpa hitpoints, semua berdasarkan akting dan interaksi.
Bagi pemula, dunia LARP bisa terasa seperti masuk ke novel fantasi yang hidup. Kuncinya adalah membangun karakter yang sederhana, memahami aturan main, dan menyiapkan kostum yang sesuai. Semakin konsisten bermain peran, semakin hidup pula interaksi dengan pemain lain.
BACA JUGA:Ortu Wajib Waspada Fenomena Anak di Bawah Umur Main Game Roleplay di TikTok
BACA JUGA:Sejarah MOBA, dari Mod Warcraft hingga Raja Mobile Gaming
LARP bisa berlangsung seharian, bahkan berhari‑hari, sehingga stamina dan mood menjadi penting. Dan tentu saja, menjaga rasa hormat antar pemain adalah aturan tak tertulis yang wajib dipatuhi.
LARP adalah gabungan seni peran, permainan, dan olahraga ringan. Ia melatih improvisasi, kerja sama, dan strategi. Bagi sebagian orang, LARP adalah pelarian dari rutinitas. Bagi yang lain, ia adalah ruang aman untuk bereksperimen menjadi “orang lain” tanpa konsekuensi dunia nyata.
Kini, komunitas LARP semakin besar dan tak lagi dianggap sekadar hobi niche. Dari festival fantasi di Eropa, acara komunitas di taman kota, hingga Star Wars LARP di Disneyland, semua membuktikan satu hal: manusia memang suka bercerita, dan lebih suka lagi kalau bisa masuk ke cerita itu. (*)