Di ujung utara Kota Gresik, tepat di selatan pelabuhan rakyat dan kampung nelayan Bale Purbo, ada Kelurahan Kemuteran, pusat industri songkok di bumi para wali. Puluhan penghrajin bisa menghasilan ratusan songkok dalam sehari.
DI Jalan K.H. Kholil Gang XV, RT 17 Kelurahan Kemuteran, terdapat kampung yang sekilas tampak biasa. Jalan setapak kecil, rumah-rumah warga berderet sederhana, tanpa papan nama atau penanda khusus. Bau kain bludru baru tercium samar dari rumah-rumah warga.
Namun siapa sangka, dari lorong sempit itu tercipta songkok-songkok yang tersebar hingga ke berbagai penjuru negeri. Harian Disway berkesempatan menyusuri kawasan ini bersama Lurah Kemuteran, Rizal Ghithrif, dan Ketua RT 17, Khoirul Jayadi.
“Semua warga di sini kebanyakan adalah pengerajin songkok secara turun-temurun,” tutur Rizal. Jayadi mengangguk membenarkan.
Jayadi sendiri merupakan generasi kedua pembuat songkok. Hampir seluruh warga di lingkungannya belajar keterampilan ini sejak kecil, mewarisi pengetahuan dari orang tua mereka.
BACA JUGA:71 Pejabat Gresik Ikut Catwalk di Dekranasda Fest 2025, Perkuat Produk UMKM
Dari keterampilan itulah banyak keluarga yang mampu bertahan hidup, bahkan menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.
Di antara rumah-rumah itu, Rizal dan Jayadi menunjuk sebuah bangunan kecil bercat merah muda. Luasnya paling tak lebih dari 25 meter persegi.
Dari luar, rumah itu tampak sederhana. Namun begitu masuk, ruangannya dipenuhi kain bludru, karton pola, benang, dan kemasan songkok.
Salah satu keluarga pengrajin Songkok di Kelurahan Kemuteran. Luthfia (kiri) membawa puluhan songkok yang sudah jadi untuk finishing dan packaging-Moch Syahirol Layeli/Harian Disway -
Di tengahnya ada sebuah meja kayu panjang berukuran sekitar 2x1 meter. Di atasnya, seorang pria paruh baya duduk dengan tekun, tangannya terampil menggambar bulatan-bulatan di atas kain bludru hitam.
Dia adalah M. Amin Sidiq, seorang pria berusia 64 tahun yang telah menekuni profesi ini sejak tahun 1985.
Dengan gerakan yang cekatan, ia mampu menggambar sembilan pola lingkaran dalam hitungan menit. Setelahnya, ia memotong kain sesuai pola, lalu menyiapkan bagian kain panjang yang akan menjadi badan songkok.
BACA JUGA:Dukungan untuk Guru TK, Bupati Gresik Siapkan Rp 7 Miliar Insentif Non Sertifikasi
Proses yang oleh warga setempat disebut nyoreki dan ngemali itu sudah menjadi keseharian Sidiq selama 40 tahun. “Saya memulai membuat songkok setelah lulus sekolah, saat itu belum dapat pekerjaan,” ujarnya.