HARIAN DISWAY – Istana Negara menyampaikan permintaan maaf atas terjadinya kasus keracunan massal dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa ribuan siswa di sejumlah daerah.
Menteri Sekretariat Negara Prasetyo Hadi menegaskan pemerintah bersama Badan Gizi Nasional (BGN) akan segera melakukan evaluasi menyeluruh agar peristiwa serupa tidak terulang.
“Kami atas nama pemerintah dan mewakili Badan Gizi Nasional memohon maaf karena telah terjadi kembali beberapa kasus di beberapa daerah yang tentu saja itu bukan sesuatu yang kita harapkan dan bukan sesuatu kesengajaan,” kata Prasetyo di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 19 September 2025.
Ia memastikan pemerintah tengah berkoordinasi dengan BGN dan pemerintah daerah untuk melakukan penanganan secepat mungkin kepada korban serta melakukan evaluasi menyeluruh.
BACA JUGA:Ini Tanggapan BPOM Soal Keracunan MBG yang Berulang
“Yang pertama adalah memastikan bahwa seluruh yang terdampak mendapatkan penanganan sebaik-baiknya. Yang kedua tentu harus dilakukan upaya evaluasi termasuk mitigasi perbaikan supaya masalah-masalah seperti ini tidak terulang kembali,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Kesehatan Prof. Tjandra Yoga Aditama menegaskan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap seluruh rantai proses pengolahan makanan agar kejadian serupa tidak terulang.
Menurutnya, ada tiga titik kritis yang harus menjadi fokus evaluasi.
Pertama adalah proses memasak di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). “Harus terjamin tiga hal, kebersihan berbagai alat dan persiapannya, proses masak yang baik dan benar serta pengemasan,” jelasnya.
Ia menambahkan, potensi masalah tidak hanya di dapur SPPG, melainkan juga bisa muncul dari titik lain.
Kedua, bahan pangan awal yang digunakan perlu diperhatikan. Prof. Tjandra menekankan bahwa kualitas tanaman maupun hewan harus bebas dari cemaran.
BACA JUGA:194 Siswa di Garut Keracunan Usai Konsumsi Makanan Program MBG
“Kalau tinggi kadar insektisidanya, atau hewan yang dipotong dari kandang yang banyak hewan sakit, atau ada berbagai kontaminasi lainnya maka tentu bisa saja makanan yang tersaji lalu jadi tidak sehat dan bukan tidak mungkin terjadi keracunan,” katanya.
Ketiga, aspek transportasi dan penyimpanan bahan pangan juga harus dievaluasi. Ia mencontohkan berita tentang feri yang terlambat atau jalan rusak berat sehingga distribusi bahan makanan terhambat.
“Itu tentu punya dampak bagi bahan pangannya. Begitu juga kalau gudang penyimpanan tidak memenuhi syarat, seperti ventilasi, kelembaban, dan suhu, maka juga akan berpengaruh terhadap hasil akhir produk makanan,” tegasnya.