“Dia berusaha mengotentikasi dirinya sebagai bagian dari dunia country, bukan hanya saat bernyanyi, tapi juga saat berbicara,” jelas West.
BACA JUGA:Menuju Indonesia Emas 2045 dengan Transformasi Dialektis
BACA JUGA:Memahami Bahasa Jawa Tengger, Mirip Tegal Dialek Jawa
Meski begitu, perubahan aksen tidak selalu dilakukan secara sadar. Ada kemungkinan Taylor menyerap logat baru secara alami tanpa disadari, karena manusia memang cenderung meniru suara dan pola bahasa dari lingkungannya.
PENYANYI yang produktif merilis album ini pindah dari Philadelphia ke Nashville, dan kemudian dari Nashville keNew York. -Taylor Swift-Instagram
Mengapa Taylor Jadi Subjek Menarik?
Menurut West, Taylor Swift adalah sosok yang tepat untuk diteliti. Pola perpindahan kotanya jelas, karier musiknya terdokumentasi dengan baik, dan wawancaranya tersedia dalam jumlah besar.
Hal ini memudahkan ilmuwan memetakan perubahan cara bicaranya dari waktu ke waktu.
BACA JUGA:Sejarah Musik Blues yang Tergusur di Jefferson Street, Nashville
BACA JUGA:Taylor Swift Ulang Tahun, Berikut 17 Rekomendasi Lagu Taylor Swift
Bagi peneliti, mempelajari Taylor Swift berarti juga memahami bagaimana manusia beradaptasi secara sosial. “Kita tahu orang sering menyesuaikan cara bicara sesuai lawan bicaranya. Tapi, setiap orang melakukannya dengan cara dan kecepatan berbeda,” kata West.
Dari sini, studi mengenai Taylor Swift bukan hanya soal seorang superstar yang logatnya berubah, melainkan juga jendela untuk melihat betapa kompleksnya manusia dalam berinteraksi.
Perubahan logat bisa mencerminkan perjalanan sosial, budaya, bahkan identitas seseorang di tengah masyarakat. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Terbuka Surabaya.