Perjalanan Kritikus Sastra Nanda Alifya Rahmah, Peraih Anugerah Sutasoma 2025

Senin 20-10-2025,11:00 WIB
Reporter : Nazwarahma Hannum Prasetya*
Editor : Guruh Dimas Nugraha

Kekaguman Nanda terhadap Indra sangat besar. Itulah yang melatarbelakangi keputusannya untuk bergabung dalam komunitas yang sama dengan idolanya. Yakni Teater Gapus Surabaya.


Potret kedekatan Nanda (paling kanan) dengan anggota komunitas Teater Gapus Surabaya di acara Cangkrukan Diancuk Jaran, 17 Oktober 2025.-Nazwarahma-HARIAN DISWAY

Sebagai seorang introvert, Nanda hampir selalu duduk paling belakang di setiap forum diskusi komunitas itu. 

BACA JUGA:Teater Gapus Ramaikan Malam Sastra Festival Seni Balai Pemuda dengan Puisi F Aziz Manna dan Indra Tjahjadi

BACA JUGA:Kelas Penulisan Prosa dan Puisi Teater Gapus Hadirkan Penyair dan Prosais Top

Dia mengaku bahwa kala itu dirinya hanya berani mengikuti alur percakapan secara pasif. Kemudian membedah naskah-naskah sastra secara mandiri di rumah.

Namun, takdir mempertemukan mereka. Melalui ajang kontes cipta puisi yang digelar HIMA Sasindo UNAIR kala itu, puisi Nanda dikuratori Indra Tjahyadi.

Sejak saat itu, Indra kerap menyemangati Nanda. Memintanya untuk terus menulis karya puisi. Hingga pada 2014, perempuan asli Surabaya itu memenangkan Juara I Penulisan Puisi Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) XII di Palangka Raya. 

Saat ini, Nanda fokus menjadi kritikus sastra dan aktif mengajar di program studi Bahasa dan Sastra Indonesia UNAIR.

BACA JUGA:Sastra Inggris UNAIR Gelar Kompetisi Baca Berita Tingkat SMA, Jaring Bibit Unggul News Anchor Indonesia

BACA JUGA:5 Pekerjaan Untuk Lulusan Sastra Indonesia, Salah Satunya Bisa Jadi Filolog

Melihat perkembangan sastra di Indonesia, Nanda berharap anak muda, khususnya mahasiswa Sasindo bisa memahami peran mereka.

Pertama, harus menerima kenyataan kalau mereka anak sastra. Lalu yang kedua, bertanggung jawab untuk setia di situ.

Perempuan kelahiran 1994 itu bertekad untuk menyadarkan sastrawan muda. Bahwa kondisi sastra di Indonesia memang belum ideal.


Diskusi bedah buku Kitab Syair Diancuk Jaran oleh Nanda Alifya Rahmah (kiri), Igo Marvel (tengah), dan Kharis Junandharu (kanan). -Nazwarahma-HARIAN DISWAY

Karenanya, dia menjadi pencetus kegiatan-kegiatan diskusi sastra. Seperti Cangkrukan Diancuk Jaran yang digelar pada 17 Oktober 2025. Juga diskusi-diskusi lain yang melibatkan para pegiat sastra.

Kategori :