Budaya pop dan globalisasi membuat croissant semakin populer sebagai simbol gaya hidup modern yang tak hanya dinikmati, tetapi juga dikreasikan sendiri di rumah.--unsplash.com
Croissant juga semakin dikenal karena muncul dalam budaya pop dan tren global. Film, drama, dan media sosial sering menampilkan tokoh yang menikmati croissant sebagai bagian dari gaya hidup modern.
BACA JUGA:Ini Resep Kue Keciput, Camilan Khas Jawa yang Jadi Primadona saat Lebaran
BACA JUGA:Jajanan Nomor Wahid saat Lebaran, Ini Resep Kue Nastar yang Enak dan Mudah
Contohnya, dalam banyak drama Korea, adegan ngopi sambil makan pastry menjadi simbol momen relaksasi yang elegan.
Hal itu ikut mempengaruhi kebiasaan masyarakat Asia, termasuk Indonesia, untuk meniru gaya hidup serupa.
Selain itu, globalisasi membuat bahan dan peralatan pembuat croissant semakin mudah didapatkan. Sehingga banyak orang tertarik mencoba membuatnya sendiri di rumah. Menunjukkan bahwa minat terhadap roti tersebut tidak hanya sebatas konsumsi. Tetapi juga kreasi.
6. Kenyamanan dan Nostalgia
Croissant menghadirkan rasa nostalgia dan kenyamanan, menjadi cara sederhana untuk berhenti sejenak dan menikmati ketenangan di tengah hidup yang serba cepat.--unsplash.com
Bagi sebagian orang, croissant membawa rasa nostalgia. Aroma butter yang hangat dan tekstur renyahnya bisa membangkitkan kenangan akan momen tenang di pagi hari.
BACA JUGA:Viral di Thailand, Milk Bun Bisa Dibeli di Surabaya di Lima Toko Kue Ini
BACA JUGA:6 Resep Kreasi Kue Keranjang Lezat dan Praktis untuk Kudapan Imlek
Roti tersebut juga dianggap sebagai comfort food, makanan yang menenangkan dan sederhana. Namun, penuh kenikmatan.
Dalam dunia yang serba cepat, menikmati croissant bisa menjadi cara kecil untuk melambat sejenak dan menghargai hal-hal sederhana.
Croissant memang bukan hal baru, tetapi cara orang menikmati dan memaknainya telah berubah. Dari simbol elegansi Prancis, kini croissant bertransformasi menjadi ikon gaya hidup modern yang hangat, estetik, dan penuh kreativitas. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Sastra Indonesia, Universitas Negeri Surabaya.