BACA JUGA:Sambut Hari Pahlawan, SMA Cita Hati Surabaya Gelar Veteran Day
"Saya basic-nya choir. Paduan suara. Lalu kedua orang tua saya mendorong saya agar bisa tampil sebagai penyanyi. Kebetulan ada ajang Herockmob 2025 ini. Saya excited sekali. Apalagi musiknya rock. Sangat menantang," ujarnya.
Musik keras, apalagi tiga lagu yang dibawakan dalam ajang itu memang memberi tantangan tersendiri. Sebab, Celine selama ini menggemari musik pop.
"Kalau musik rock kan harus tampil dengan powerfull dan ekspresif. Saya harus mempelajari semua itu. Tapi sejauh ini tak ada kesulitan," ujar remaja yang duduk di bangku kelas 7 SMP itu.
Maka, Herockmob juga menjadi ajang musisi lintas-generasi. Di antara mereka tak ada senior-junior. Tak berjarak. “Ini bukti bahwa musik bisa mempersatukan siapa saja. Tanpa batas usia dan latar belakang,” ujar Hanz.
BACA JUGA:3 VOC Rock: Kolaborasi Rocker Surabaya dan Titik Balik Musik Cadas
BACA JUGA:Pecah! Konser Sawung Jabo dan Sirkus Barock dipenuhi Ratusan Penonton
Aksi para musisi berbagai usia dalam Herockmob 2025, 8 November 2025.-Tirtha Nirwana Sidik-HARIAN DISWAY
Salah seorang peserta gitaris adalah Rommy Satriawangsa, gitaris asli Surabaya. Ia mengatakan, "Selain sebagai ajang kolosal dan menampilkan kembali identitas rock di Surabaya, Herockmob 2025 juga sebagai ajang silaturahmi antar-musisi. Saya bertemu dengan banyak kawan di sini. Juga berkenalan dengan musisi-musisi lain," ungkapnya.
Setelah penampilan kolosal ratusan musisi tersebut, Herockmob 2025 juga menyajikan live performance dari berbagai band lokal Surabaya.
Juga penampilan drama teatrikal Battle of Tunjungan: Covering of Madun. Dibawakan oleh komunitas pegiat sejarah Begandring Soerabaia.
Dalam Herockmob 2025, semua tumplek blek jadi satu. Musisi, masyarakat umum, komunitas sejarah, dan sebagainya. Merayakan Hari Pahlawan dengan harmoni kolosal dan pentas teatrikal. (*)