Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (81): Bangkit Lewat Kolaborasi

Rabu 12-11-2025,15:27 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

BACA JUGA:ITCC Lepas 250 Calon Mahasiswa ke Tiongkok, Gelar Sharing Session Knowledge is Power Bersama Dahlan Iskan

BACA JUGA:Pelepasan 250 Mahasiswa ITCC Diiringi Kesenian Khas Dayak dan Peluncuran Kompetisi Bahasa Mandarin

Petani teh yang dulunya berpenghasilan tak lebih dari 2.000 yuan per tahun, kini bisa mencapai 15.000–20.000 yuan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Miao Xin, wakil gubernur untuk Malipo. Ia adalah diplomat. Dikirim dari Beijing oleh Kementerian Luar Negeri. Saat diwawancarai Harian Disway, ia mengutip kalimat pepatah.  教人钓鱼比给鱼更重要. Lebih baik ajari orang memancing daripada memberi ikan.

Miao mengakui, ketimpangan antara wilayah timur dan barat Tiongkok masih besar. Tapi Malipo kini punya modal yang tak ternilai: infrastruktur dan keterhubungan. Dari pusat kabupaten ke perbatasan Vietnam hanya dua jam perjalanan darat. Jalan tol terus dibangun. Dalam perjalanan, kami melihat tiang-tiang beton jangkung berdiri di atas lembah. Siap menyangga jalan yang akan dibentangkan di atasnya.

Kata Miao, setidaknya perlu 20 tahun bagi Malipo untuk menjadi semaju kawasan pesisir timur. Itu ketika jaringan jalan tol sudah komplet. Atau 30-40 tahun ketika jaringan kereta cepat sudah menjulur ke berbagai bagian negeri. Termasuk di Malipo.

Yang terang, Malipo sudah jauh lebih baik ketimbang 1992. Ketika pendapatan fiskalnya hanya 7,46 juta yuan. Kala itu, sebanyak 220 ribu warganya hidup di bawah garis kemiskinan. Lebih dari separo sekolah—SD dan SMP—adalah bangunan reyot. Anak yang sekolah hanya sekitar 80 persen, dan tingkat putus sekolah masih 33 persen. Desa-desa tak punya sarana kesehatan, dokter dan obat-obatan susah dicari.


LAYAR BESAR menunjukkan peta pembangunan dan perkembangan kawasan Malipo.-Doan Widhiandono-

Kini, pembangunan sosial juga bergerak seiring ekonomi. Sekolah-sekolah baru dibangun di desa pegunungan. Tenaga pengajarnya muda.

Perubahan itu pelan tapi terasa. Jalan-jalan yang dulu sepi kini ramai. Pusat kota Malipo—tempat kami tinggal—terasa hidup. Bahkan sampai malam hari. Toko-toko menyediakan komoditas komplet. Beranding dengan pasar tradisional di tepi jalan, tempat warga menjajakan komoditas pertanian mereka.

’’Ini saya beli murah sekali. Hanya 10 yuan. Timbangannya masih tradisional,’’ kata Filomeno Martins, jurnalis dari Timor Leste. Di tangannya ada sekantong plastik jeruk berwarna oranye. Jumlahnya enam butir. Besar dan manis banget.

BACA JUGA:Yimakan, Seni Lisan Bangkit Kembali dari Timur Laut Tiongkok

Ya, pasar tradisional mulai menjual produk olahan lokal, bukan lagi barang impor dari kota besar. Malipo telah beralih dari kabupaten penerima bantuan menjadi kabupaten penghasil. (*/bersambung)

 

Kategori :