HARIAN DISWAY - Selain nasi, makanan bergizi tidak akan lengkap tanpa lauk-pauk, sayur, dan buah. Buah dan sayur termasuk salah satu komponen dalam pedoman "Isi Piringku" yang takarannya adalah setengah porsi piring makan.
Hal itu menekankan pentingnya produksi buah dan sayur untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi harian.
Nah, kualitas pangan di suatu daerah tidak hanya ditekankan pada keanekaragaman makanan pokok, seperti beras atau jagung. Akan tetapi juga keseimbangan komposisi pangan. Makin seimbang isinya, akan meningkat pula kualitas gizinya.
Demi memenuhi target tersebut, pemerintah saat ini pun gencar meningkatkan hasil produksi pangan melalui teknologi pertanian.
Salah satu yang dianggap paling efektif dan efisien adalah Internet of Things (IoT) yang selama ini disosialisasikan melalui Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) di berbagai daerah.
BACA JUGA:Ketika Petani Bojonegoro Petik Manfaat Pupuk Organik
BACA JUGA:Dorong Hilirisasi dan Kesejahteraan Petani, DJKI dan APKI Bahas Potensi Indikasi Geografis Kelapa
Satu di antara binaan BBPP yang hasilnya sudah terlihat adalah kelompok tani di Kediri, Jawa Timur. Itu dijelaskan Sunandar dan istrinya, yang tergabung dalam Kelompok Tani Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan dan Swadaya (P4S) Hikmah Farm, Kediri.
Mereka menyatakan, setelah menggunakan IoT, biaya operasional kebunnya lebih terjangkau. Peningkatan produksinya pun signifikan.
Sunandar menerima kunjungan dari Universitas Wageningen untuk memberikan wawasan tentang teknologi pertanian. -- Sunandar
"Karena pengukurannya lebih cepat, tepat, serta presisi," kata Sunandar. "Saya sudah pakai IoT sejak 2021 untuk mengontrol suhu, penambahan nutrisi, dan pH tanah," lanjut pria yang juga merupakan penasihat P4S Hikmah Farm tersebut.
IoT adalah teknologi yang memanfaatkan perangkat fisik untuk terhubung ke internet. Sehingga penggunanya bisa mendapatkan data yang diinginkan melalui jaringan.
BACA JUGA:Prabowo Hapus 145 Aturan Distribusi, Subsidi Pupuk Langsung ke Petani
BACA JUGA:PDIP Kota Madiun Janji Tindak Lanjuti Keluhan Petani Manguharjo soal Irigasi dan Hama
Dari pengalaman Sunandar dan istrinya yang selama ini menggunakan teknologi itu, biaya operasionalnya menjadi lebih murah. "Itulah yang namanya low cost farming," ucapnya.