HARIAN DISWAY - Sejak ribuan tahun yang lampau, filsuf besar Konfusius sudah mengingatkan bahwa, “后生可畏” (hòu shēng kě wèi): kekuatan anak muda tidak bisa diremehkan. Denny Henry Bonai juga berpandangan serupa.
“Yang muda yang berkarya,” katanya saat ditemui Harian Disway Jumat, 21 November 2025. Ia lalu mencontohkan dirinya. “Saya pribadi bisa dikatakan masih muda, tapi berada di posisi yang sebenarnya umur saya belum cukup dan saya bisa dipercayakan di situ. Makanya kita sebaiknya tidak selalu mengukur kemampuan seseorang berdasarkan senioritasnya,” lanjut pria kelahiran Jayapura, 8 Juli 1989, tersebut.
Konfusius mengakui kehebatan pemuda lantaran pertemuannya dengan tiga anak kecil. Suatu waktu, dalam perjalannya ke sebuah daerah, Konfusius bertemu dengan dua anak yang sedang seru-serunya bermain kejar-kejaran. Namun, satu anak lainnya tidak ikutan --memilih hanya menyaksikan.
Sang filsuf heran, dan menanyai anak yang berdiam diri tadi kenapa tidak ikut dalam permainan yang mengasyikkan itu. Si anak menjawab, “Kejar-kejaran begitu, kalau jatuh bisa membahayakan. Makanya saya memilih tidak ikutan. Tidak ada salahnya, kan?”
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Dewan Pendiri Masjid Cheng Hoo Surabaya Bambang Sujanto: Jin Huai Tan Bai
Melihat Konfusius tidak menimpali, si anak kemudian menepi dan membuat rumah-rumahan dari tanah. Ketika Konfusius hendak lewat dengan kereta kudanya, ia terheran-heran kenapa si anak tak juga minggir dan tetap khusyuk dengan rumah-rumahannya.
“Kenapa kau tidak memberiku jalan?” tanya Konfusius. Si anak menjawab, “Yang aku tahu, mestinya orang yang naik kereta kuda yang minggir, bukan rumah-rumahan ini yang mesti minggir.”
Konfusius takjub, “Kau masih muda sekali. Tapi kau sudah mengerti banyak hal.” Si anak malah menjawab, “Aku pernah mendengar, tiga hari setelah lahir, ikan sudah bisa berenang, kelinci sudah bisa berlari, kuda sudah bisa berjalan dengan ibunya. Itu adalah hal yang alamiah. Biasa saja, kan?”
Konfusius makin terkagum-kagum dan menyatakan betapa anak muda punya potensi yang luar biasa. Tentu, anak muda yang dimaksud sang filsuf adalah anak muda yang tetap menjaga idealismenya di tengah macam-macam godaan yang ada. (*)