HARIAN DISWAY - PDIP Jawa Timur (Jatim) membuka diri terhadap segala masukan dari berbagai kalangan. Khususnya, Gen Z dan milenial yang akan menjadi sumber daya partai di masa mendatang.
Lewat gelaran RedTalks pada Sabtu, 22 November 2025, PDIP menyerap aspirasi lintas tokoh. Tujuannya adalah supaya perjuangan partai relevan dengan zaman. Lewat RedTalks pula, PDIP membuka ruang seluas-luasnya bagi anak muda untuk bergabung.
Wakil Ketua PDIP Jatim Deni Wicaksono mengatakan bahwa arah pergerakan dan perjuangan partai akan berjalan seiring perkembangan zaman.
“Jumlah Gen Z dan milenial sudah lebih dari 50 persen. Kami ingin menjaring ide dan masukan dari mereka, sekaligus lebih dekat dengan mereka,” ungkapnya di sela gelar wicara bertajuk RedTalks: Suara Muda untuk Jatim Keren di Dyandra Convention Center Surabaya.
BACA JUGA:Momentum Hari Pahlawan: Deni Wicaksono Ajak Kaum Muda Terus Bergerak, Junjung Martabat Bangsa
PDIP Jatim secara khusus menampung harapan serta pandangan generasi muda terhadap partai politik. Memang, Gen Z masih melihat politik sebagai sesuatu yang negatif dan penuh drama. Melalui RedTalks, PDIP mencoba mengubah stigma tersebut.
“Maka dari itu, PDI Perjuangan di seluruh kabupaten maupun kota membuka ruang seluas-luasnya kepada anak muda di Jatim untuk bergabung,” ujar politikus PDIP yang juga wakil ketua DPRD Jatim itu.
Dalam kesempatan itu, Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu mengupas tantangan dan strategi yang bisa diterapkan PDIP Jatim menuju Pemilu 2029.
Ia mengatakan bahwa selama ini social capital PDIP menjadi kekuatan partai, sekaligus tantangan menjelang kontestasi politik lima tahun mendatang.
DENI WICAKSONO sebut RedTalks sebagai ajang untuk merangkul sebanyak mungkin Gen Z dan milenial ke PDIP Jatim.--PDIP Jatim
BACA JUGA:Megawati Soekarnoputri Dorong Kader PDIP Kepala Daerah Jatim Berkolaborasi agar Mandiri
BACA JUGA:Megawati Soekarnoputri dan Para Petinggi PDIP Turut Restui Pernikahan Putri Tri Rismaharini
Survei Litbang Kompas terbaru menunjukkan bahwa loyalitas pemilih PDIP di Jatim masih tinggi, sebanyak 85 persen. Itu lebih tinggi dari angka nasional yang sekitar 65 persen.
Sedangkan 70 persen publik, sesuai survei Litbang Kompas, juga masih percaya pada rekam jejak partai yang menang hat trick pada 3 pemilu sebelumnya tersebut.
Sayangnya, sekitar 65 persen pemilih PDIP Jatim dalam pemilu masih generasi tua. Kontribusi milenial dan Gen-Z hanya kira-kira 35 persen.
Komposisi itu, menurut Yohan, kurang proporsional untuk kontestasi 2029. Terlebih ke depan, 60 persen pemilih akan diisi oleh para anak muda, yakni kalangan milenial dan generasi Z.
BACA JUGA:Sudewo Urung Lengser, Usul Pemakzulan Bupati Pati Cuma dari PDIP
“Mestinya pemilih PDIP juga menggambarkan piramida terbalik sementara postur pemilih kita adalah yang muda yang banyak,” ujarnya.
Karena itu, ia menyampaikan beberapa masukan. Yang pertama, kenali karakter pemilih muda. Anak muda era sekarang memiliki ciri 5 C, yakni critical, change, communicative, creative, connected.
Mereka cenderung rasional dan menjadikan media sosial sebagai kanal utama. Partai, lanjutnya, harus masuk ke wilayah itu. Menawarkan hal konkret yang bisa dijangkau anak muda.
Partai politik juga harus turun langsung ke rakyat, menjaga integritas, dan memenuhi janji kampanye.
BACA JUGA:Deni Wicaksono: Patah Hati Penggemar Bola Indonesia Harus Jadi Energi PSSI untuk Berbenah
BACA JUGA:BUMD Tak Produktif Bebani Anggaran, Deni Wicaksono: Merger atau Bubarkan Saja!
“Harapan publik pada parpol yang paling tinggi adalah turun langsung ke rakyat dengan 24,6 persen, memenuhi janji 20,9 persen, dan jaga integritas 18,3 persen,” ucapnya.
Dari hal tersebut, PDIP bisa memaksimalkan tiga hal. Yakni, merawat loyalitas para pemilih lama (Generasi X-Baby Boomer) yang dimaksimalkan dengan menggandeng pemilih baru.
Lalu, transformasi identitas. PDIP yang sebelumnya bertumpu pada ideologi harus berkembang bersama market oriented. Terakhir, masifkan digital campaign dengan success story.
Sementara itu, Influencer Natasha Keniraras atau yang biasa dipanggil Natkeni, sebagai Gen-Z yang terjun langsung ke dunia media sosial, menceritakan bagaimana pengaruh dunia maya dan kedekatannya dengan netizen lewat konten-kontennya.
BACA JUGA:Negara Bukan Pebisnis, Deni Wicaksono Imbau Pemerintah Tak Pungut Berlebihan dari Rakyat
BACA JUGA:Deni Wicaksono Tetap Kawal Kasus Pungli SMAN 1 Kampak setelah Kepala Sekolah Dicopot
Dia mengatakan bahwa masyarakat sudah lebih cerdas. Daripada membangun citra lewat pidato dan birokrasi, publik akan lebih tertarik pada ketulusan. Dari media sosial, mereka langsung bisa menilai konten tersebut tulus atau sekadar pencitraan.
“Jadi skill sekarang bukan lagi soal pidato karena mereka tahu ini settingan, jadi gimana supaya terlihat tulus,” ucap Natkeni.
Untuk itu, dia menilai penting membangun soft skill, memanfaatkan teknologi, tidak anti pada artificial intelligence, dan membuat konten yang berasal dari hati.
“Kalau yang saya lihat sebenarnya generasi milenial dan di atasnya melihat AI itu negatif, padahal 50 persen dari kami itu pengguna AI. Ini potensinya besar banget. Jadi gimana kita mempergunakan hal itu untuk jadi senjata kita,” urainya.
BACA JUGA:Deni Wicaksono Terima JTV Legislatif Awards 2025, Dedikasikan untuk Masyarakat Jatim
BACA JUGA:Deni Wicaksono Usulan Merger BUMD Bermasalah dan Merugi
RedTalks menghadirkan 11 orang narasumber dari beragam latar belakang, mulai akademisi, peneliti, praktisi, budayawan, aktivis, influencer, hingga komika.
Selain Yohan dan Natkeni, ada pula Sujiwo Tejo (budayawan), Hendy Setiono (presdir PT Baba Rafi Internasional), Ignatia Martha Hendrati (UPN Veteran Jatim), Airlangga Pribadi Kusman (Universitas Airlangga), dan Jokhanan Kristiyono (Stikosa AWS).
Hadir pula Hadi Prasetyo (praktisi & mantan Birokrat Pemprov Jatim), Ahmad Lafillian Romadhi (petani milenial), Irfan Ahmad Yasin (presiden BEM FISIP Unair), dan Yudhit Ciphardian (komika). (*)