LAMONGAN, HARIAN DISWAY — Universitas Terbuka (UT) Surabaya mengunjungi Desa Gampangsejati, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, Senin, 24 November 2025. Mereka melihat kawasan yang dikenal dengan produk gerabah.
Sucipto, bersama Tiara Sevi dan Berlina Hidayati bermaksud melihat kerajinan tersebut. Mereka berjalan menelusuri rumah-rumah warga yang memproduksi gerabah tersebut.
Tidak tampak peralatan modern. Yang terlihat hanya warga yang membuat gerabah dengan cara lama.
Bahan yang digunakan dari tanah liat. Warga mengolahnya secara manual. Tidak menggunakan mesin otomatis.
BACA JUGA:Juruan Daya Menyapa Indonesia, Universitas Terbuka Surabaya Resmikan Desa Wisata Binaan Nasional
Universitas Terbuka Surabaya menyusun rencana pendampingan Desa Gampangsejati untuk program PkM tahun 2026-Dok.istimewa-
“Saya bersama rekan-rekan melihat langsung proses pembuatannya,” kata Sucipto. “ Butuh kesabaran dan ketekunan,” imbuhnya.
Setiap tahap menyimpan filosofi yang diwariskan turun-temurun. Sucipto dan dua dosen lainnya dosen mengikuti alur tersebut satu per satu.
“Saya merasakan ketelatenan menjadi napas utama kerajinan tersebut,” ucap Sucipto.
Ahmad, salah seorang warga mengatakan banyak gerabah yang diproduksi di desa itu. Ada cobek, anglo, sangrai, dan masih banyak lagi.
BACA JUGA:Unair Gelar Pengabdian Masyarakat di Desa Mlaten, Dampingi Perajin Gerabah Bisa Ekspor
BACA JUGA:Punya 4.716 Desa Mandiri, Jatim Jadi Peringkat Pertama Nasional
Proses pembuatan terus berlangsung. Satu per satu, mulai jadi. Termasuk gerabah yang dibuat Sucipto dan dua rekannya itu.
Ahmad mengatakan ada tantangan yang mereka hadapi. Yakni proses penghalusan tanah yang paling menyita waktu.
Selain itu, proses regenerasi. Semakin sedikit warga desa yang tertarik meneruskan profesi sebagai pengrajin.