Banyak yang merantau ke kota, memilih pekerjaan lain yang dianggap lebih menjanjikan. Tradisi gerabah perlahan ditopang oleh tangan-tangan yang mulai menua.
“Jika tren ini berlanjut, Desa Gampangsejati tak hanya kehilangan produknya, tetapi juga identitas budayanya,” ucapnya. (*)